Jawab Yesus, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini. Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini.” (Yohanes 18:36)
Dalam sebuah doa persembahan, seorang penatua mengatakan, “Tuhan, berkatilah persembahan ini agar dapat dipergunakan untuk pelebaran kerajaan-Mu. Amin.” Seorang anak kecil yang mendengar doa itu bertanya kepada ibunya, “Ma, apakah Tuhan kekurangan uang untuk membeli semen untuk membangun kerajaan-Nya?”
Kerajaan Allah yang diberitakan Yesus tidak sama dengan kerajaan dunia yang memiliki bangunan megah dan memiliki kekuatan politik. Kerajaan Allah yang Yesus beritakan adalah sebuah sistem kehidupan di mana Allah berdaulat atas kehidupan umat. Kedaulatan Allah itu berdasarkan kasih, keadilan, dan kebenaran. Maka mereka yang hidup dalam kerajaan Allah akan hidup dalam kasih, bersikap adil, dan memperjuangkan kebenaran. Inilah yang Yesus jelaskan pada Pontius Pilatus tentang kerajaan-Nya. Kerajaan Allah bukan berdasarkan kekerasan, melainkan kasih sayang. Hal ini sangat kontras dengan kekerasan yang dipraktikkan Kerajaan Romawi dan penguasa Yahudi yang menangkap Yesus secara tidak adil. Meski demikian Yesus tetap menunjukkan nilai kerajaan-Nya yaitu kasih sejati.
Semua orang percaya adalah warga Kerajaan Allah. Hal itu seharusnya membuat kita hidup untuk menjaga kedaulatan Allah yang berlandaskan kasih, keadilan, dan kebenaran. Kerajaan Allah bukan hanya soal nanti setelah kita mati dan hidup kekal, tetapi juga saat sekarang di dunia ini, seperti yang Yesus ajarkan dalam Doa Bapa Kami: “Datanglah kerajaan-Mu di bumi seperti di surga.” [Pdt. Daniel Kristanto Gunawan]
REFLEKSI:
Sudahkah kita menghadirkan nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan kita?
Ayat Pendukung: Dan. 7:9-10, 13-14; Mzm. 93; Why. 1:4b-8; Yoh. 18:33-37
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.