Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu hidup kembali! (Mzm. 69:33)
Ada pepatah bahasa Latin yang sangat terkenal “homo homini lupus.” Artinya, manusia adalah serigala bagi sesamanya. Pepatah ini ingin menggambarkan fakta kehidupan manusia yang kejam dan tidak manusiawi, karena manusia yang satu sering kali melukai manusia yang lain. Itulah pula yang dialami oleh pemazmur.
Mazmur 69 terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama (ay. 2-6) menyuarakan keluhan pemazmur karena ia dibenci dan dimusuhi tanpa sebab oleh banyak orang, sehingga ia merasa hampir putus asa. Di bagian kedua (ay. 7-30), pemazmur bahkan meratap karena ia dihina oleh saudara-saudaranya sendiri. Yang sangat menyakitkan, hal ini terjadi justru karena kesalehannya, bukan karena kesalahannya, meskipun ia sepenuhnya sadar bahwa ia bukanlah manusia yang bebas dari dosa. Yang menarik, pemazmur kemudian menutup dengan bagian ketiga (ay. 31-37) berisi pujian kepada Tuhan.
Ketika kita ada dalam kesesakan, bahkan mungkin disalah- salahkan oleh orang-orang justru karena hal-hal benar yang kita lakukan, maka dorongan alamiah yang akan muncul adalah tidak terima dan ingin membalas. Tetapi, pemazmur mengajar kita untuk melakukan hal yang berbeda. Sah-sah saja bagi kita untuk meratap dan mengeluh kepada Tuhan atas apa yang terjadi. Namun, yang lebih penting di atas semua itu adalah belajar menyerahkan semua hal yang terjadi dalam hidup kita kembali kepada Tuhan. Itulah yang akan membuat kita mampu bersukacita dan hati kita kembali hidup. [Pdt. Paulus Sugeng Widjaja]
REFLEKSI:
Sering kali kita tidak bisa bersukacita, bukan karena orang yang telah melukai kita, tetapi diri kita sendiri karena tidak mampu hidup kembali.
Ayat Pendukung: Mzm. 69:2-6, 31-37; Kel. 30:22-28; Kis. 22:2-16
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.