“Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.” (Mat. 22:32)
Pernah dalam sebuah kesempatan seorang ibu bertanya kepada saya, “Pak, kelak di surga, apakah saya akan berjumpa dengan suami saya yang lebih dulu meninggalkan saya? Apakah kami saling mengenal?” Saya lalu menjawab ibu itu demikian: “Entah bu, saya tidak berani memastikan. Tetapi yang pasti, kelak di surga kita semua akan mengalami kebahagiaan melebihi semua pengalaman yang sudah kita alami dan rasakan di dunia ini.”
Jawaban saya kepada ibu itu berangkat dari penjelasan yang Tuhan Yesus berikan kepada orang-orang Saduki yang bertanya kepada-Nya. Menurut Yesus, pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan, melainkan hidup seperti malaikat di surga. Apakah malaikat saling mengenal? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Tetapi yang pasti, malaikat tidak lagi memikirkan perkara duniawi yang terbatas. Malaikat ada dalam lingkup kuasa kasih Allah yang dipenuhi dengan kemuliaan dan sukacita surgawi.
Yesus juga melanjutkan bahwa Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Ini menjadi janji yang berharga bagi kita, bahwa ternyata kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Ternyata Allah menghendaki kita hidup, walaupun kelak kita akan mengalami kematian. Biarlah kita mengamini bahwa kehidupan setelah kematian itu adalah kehidupan yang sungguh indah dalam lingkup kuasa kasih- Nya yang tidak pernah berakhir. [Pdt. Essy Eisen]
DOA:
Ya Bapa, kami percaya bahwa kuasa kasih-Mu tidak dapat dihentikan oleh kematian. Hidupkanlah kami selalu dengan kasih-Mu. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 143; Yer. 32:1-9, 36-41; Mat. 22:23-33
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.