Pada hakikatnya, “bersaksi tentang” atau “mempersaksikan” Sabda Allah tidak dapat dilakukan hanya di dalam ibadah, kebaktian kebangunan rohani, kelompok pemahaman Alkitab, atau di tengah persekutuan doa. Tentu amat menyejukkan dan membesarkan hati mendengarkan itu semua. Tetapi bila berbagai kesaksian itu tidak mengarah dan bertujuan ke luar, maka semua itu, meminjam kata-kata rasul Paulus, hanyalah “membangun diri sendiri”. “Mempersaksikan sabda Allah” mesti terjadi di luar, karena “bersaksi” pada prinsipnya dilakukan terhadap dunia, masyarakat, orang lain.
“Bersaksi tentang” atau “mempersaksikan” Sabda Allah juga pada hakikatnya tidak dilakukan hanya dengan kata-kata, khotbah, atau kisah diri yang mengesankan dan indah. Memang semua itu sedap dibaca dan didengar. Tetapi bila berbagai kesaksian itu tidak dibuktikan secara nyata, maka semua itu adalah “tong kosong nyaring bunyinya”. “Mempersaksikan sabda Allah” mesti terjadi melalui sikap hidup, kata-kata dan perbuatan nyata sehari-hari, terhadap dan di depan dunia, masyarakat, orang lain.
Keluarga Kristen dikehendaki Tuhan menjadi wadah orang percaya belajar dan bertumbuh “mempersaksikan sabda Allah”. Untuk itu keluarga mesti membudayakan “mengarah ke luar” secara nyata dalam sikap, kata-kata dan perbuatan.
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.