Istilah “hukum” (law) atau “perintah/aturan” (commandments/regulations) hampir selalu diasosiasikan dengan sesuatu yang bila tidak dilakukan konsekuensinya berat, bahkan menakutkan. Sebenarnya tidak demikian halnya dengan 10 Hukum bagi Israel. Menurut H.L. Ellison, seorang pakar Perjanjian Lama, Tuhan mengaruniakan “hukum-Nya” sebagai ungkapan grace (anugerah) bukan compulsion (kewajiban). Sebab 10 Hukum itu diberikan setelah proklamasi kemenangan-Nya bagi umat-Nya, bukan atas mereka (Kel. 20:2). Oleh karena itu 10 Hukum itu adalah “bagaimana” selayaknya umat Tuhan hidup di hadapan dan bersama-Nya dalam “perjanjian” dengan-Nya. Dan di atas itu, pada akhirnya itu semua adalah agar “…lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.” (kel. 20:12).
Keluarga Kristen adalah bagian dari umat perjanjian itu. Bahkan keluarga Kristen adalah bagian dari umat perjanjian yang baru di dalam Kristus. Oleh Kristus orang percaya diajak untuk membaca dan meletakkan 10 Hukum pada proporsinya yang benar, yaitu sebagai Hukum Kasih. Kasih yang hanya dapat muncul dari relasi yang intim dan hangat, baik antara orang percaya dengan Tuhan, maupun di antara orang percaya sendiri.
Indah sekali apa yang difirmankan Tuhan tentang ini dalam Yeremia 31:33-34, “Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.”
Dalam terang ini, keluarga Kristen bukan cuma dikehendaki melakukan sabda/hukum/kehendak Allah, tetapi hidup di dalamnya.
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.