Keluarga yang Bergaul Dengan Firman

Belum ada komentar 129 Views

Ada seorang anak berusia 10 tahun asal Amerika Serikat yang hatinya begitu lembut, namanya adalah Liam Hannon. Setiap Minggu, bersama dengan sang ayah, mereka membagikan makan siang gratis kepada para tunawisma. Mereka menarik gerobak kecil berisi makanan dan minuman, dan mereka menamakan proyek tersebut “Liam’s Lunches of Love”. Banyak tunawisma yang akhirnya terberkati oleh apa yang mereka lakukan. Dan mereka, melakukan itu karena cinta mereka terhadap sesama. Sekilas, apa yang Liam dan ayahnya lakukan ini nampak sepele, memberi makan orang yang kelaparan namun tak memiliki uang. “Ah nanti orang kebiasaan mengemis makanan!”, “Ah apa yang dilakukan hanya seperti meneteskan setetes air di gurun yang tandus!”, dan begitu banyak pandangan negatif yang mungkin mewarnai pembicaraan mengenai apa yang mereka lakukan. Namun menariknya, semakin banyak orang terdorong untuk bergabung dalam tindakan tersebut. Semakin banyak relawan, semakin banyak donatur, bahkan para tunawisma yang tadinya hanya menerima roti, kini turut membantu membagikan roti. Tindakan sederhana mereka ternyata mengajarkan hal yang begitu besar, bahwa solidaritas masih ada di tengah dunia yang self-centered. Masih ada orang baik yang mau menunjukkan persahabatan, kepedulian, resiliensi, dan agilitas.

Merujuk pada apa yang Paulus sampaikan kepada Eudia dan Sintikhe, mereka diminta untuk meletakkan fokus mereka pada apa yang sudah diajarkan oleh Paulus. Paulus berpesan agar mereka tetap sehati sepikir (ay. 2), saling menolong (ay. 3), bersukacita (ay. 4), dan menyatakan kebaikan hati (ay. 5). Menjalankan misi Kerajaan Allah, tentu tidak mudah. Banyak hal yang harus dikorbankan: tenaga, waktu, uang, bahkan perasaan kita. Tapi Paulus juga mengingatkan agar kita jangan khawatir, jika kita memikirkan semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, patut dipuji (ay. 8), maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kita (ay. 9).

Di mana nilai-nilai Kerajaan Allah itu dapat ditanamkan dan ditumbuhkan? Keluarga adalah salah satu lahan yang subur. Anak belajar dari apa yang orang tua mereka katakan dan lakukan, orang tua pun belajar dari apa yang anak mereka katakan dan lakukan. Maka dari itu, mari kita menanamkan empat virtue yang telah kita pelajari bersama selama tahun ini, pertama-tama di dalam keluarga kita.
Tuhan memampukan.

(ASC)

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • Hancurnya Tembok Pemisah
    Perbedaan itu adalah keniscayaan yang memang sudah ada sejak dulu, tetapi sayangnya perbedaan ini pula yang mungkin membuat keadaan...
  • DICARI Seorang Nabi
    Di tengah situasi yang ‘chaos’ orang menjadi sulit untuk menegakkan “kebenaran” karena dalam situasi seperti ini yang salah bisa...
  • Panggilan di Tengah Keterbatasan
    2 Korintus 12:1-10 mengungkapkan pengalaman Paulus yang mengajarkan kita tentang kekuatan di balik kelemahan. Paulus menceritakan bagaimana ia diberikan...
  • Diam Menanti Pertolongan Tuhan
    Ratapan 3:22-33; Mazmur 30; 2 Korintus 8:7-15; Markus 5:21-43
    Kita tidak dibiasakan diam dalam banyak hal di hidup ini. Kita dibiasakan, dipacu untuk serba cepat. Ada beberapa ungkapan...
  • Gereja Masa Depan: Antara Identitas dan Relevansi
    Ayub 38:1-11; Mazmur 107:1-3,23-32; 2 Korintus 6:1-13; Markus 4:35-41
    Dunia yang kita hidupi saat ini berada dalam keadaan carut marut. Selepas badai covid yang telah kita hadapi bersama...