Keluarga yang Bergaul Dengan Firman

Belum ada komentar 145 Views

Ada seorang anak berusia 10 tahun asal Amerika Serikat yang hatinya begitu lembut, namanya adalah Liam Hannon. Setiap Minggu, bersama dengan sang ayah, mereka membagikan makan siang gratis kepada para tunawisma. Mereka menarik gerobak kecil berisi makanan dan minuman, dan mereka menamakan proyek tersebut “Liam’s Lunches of Love”. Banyak tunawisma yang akhirnya terberkati oleh apa yang mereka lakukan. Dan mereka, melakukan itu karena cinta mereka terhadap sesama. Sekilas, apa yang Liam dan ayahnya lakukan ini nampak sepele, memberi makan orang yang kelaparan namun tak memiliki uang. “Ah nanti orang kebiasaan mengemis makanan!”, “Ah apa yang dilakukan hanya seperti meneteskan setetes air di gurun yang tandus!”, dan begitu banyak pandangan negatif yang mungkin mewarnai pembicaraan mengenai apa yang mereka lakukan. Namun menariknya, semakin banyak orang terdorong untuk bergabung dalam tindakan tersebut. Semakin banyak relawan, semakin banyak donatur, bahkan para tunawisma yang tadinya hanya menerima roti, kini turut membantu membagikan roti. Tindakan sederhana mereka ternyata mengajarkan hal yang begitu besar, bahwa solidaritas masih ada di tengah dunia yang self-centered. Masih ada orang baik yang mau menunjukkan persahabatan, kepedulian, resiliensi, dan agilitas.

Merujuk pada apa yang Paulus sampaikan kepada Eudia dan Sintikhe, mereka diminta untuk meletakkan fokus mereka pada apa yang sudah diajarkan oleh Paulus. Paulus berpesan agar mereka tetap sehati sepikir (ay. 2), saling menolong (ay. 3), bersukacita (ay. 4), dan menyatakan kebaikan hati (ay. 5). Menjalankan misi Kerajaan Allah, tentu tidak mudah. Banyak hal yang harus dikorbankan: tenaga, waktu, uang, bahkan perasaan kita. Tapi Paulus juga mengingatkan agar kita jangan khawatir, jika kita memikirkan semua yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, patut dipuji (ay. 8), maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kita (ay. 9).

Di mana nilai-nilai Kerajaan Allah itu dapat ditanamkan dan ditumbuhkan? Keluarga adalah salah satu lahan yang subur. Anak belajar dari apa yang orang tua mereka katakan dan lakukan, orang tua pun belajar dari apa yang anak mereka katakan dan lakukan. Maka dari itu, mari kita menanamkan empat virtue yang telah kita pelajari bersama selama tahun ini, pertama-tama di dalam keluarga kita.
Tuhan memampukan.

(ASC)

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Khotbah Minggu
  • MEJA PERJAMUAN: PERAYAAN KASIH DAN PEMULIHAN
    Yesaya 25:6-9; Mazmur 114; 1 Korintus 5:6b-8; Lukas 24:13-49
    Perjamuan Kudus bukanlah sekadar makan dan minum namun perayaan iman yang terus menerus kita lakukan agar kita mengingat bagaimana...
  • Dl TAMAN GETSEMANI
    Yesaya 50:4-9a; Mazmur 31:10-17; Filipi 2:5-11; Lukas 22:14-23:56
    Bacaan injil minggu ini cukup panjang, Lukas 22:14-23:56 (umat silakan membaca bacaan ini secara lengkap di rumah) dengan mengambil...
  • MENGUTAMAKAN YANG UTAMA
    Yesaya 43:16-21; Mazmur 126; Filipi 3:4b-14; Yohanes 12:1-8
    Banyak tanggung jawab yang kita pikul dalam hidup ini. Tanggung jawab moral, ekonomi, sosial, pendidikan dan banyak lagi. Peran...
  • Aku Pulang
    Lukas 15:1-3, 11b-32
    Kisah anak yang hilang dalam Lukas 15 adalah cermin dari perjalanan spiritual kita. Seperti anak bungsu yang meninggalkan rumah...
  • MEMELIHARA KESETIAAN DI SETIAP MUSIM KEHIDUPAN
    Yesaya 55:1-9; Mazmur 63:1-8; 1 Korintus 10:1-13; Lukas 13:1-9
    Yesaya 55:1-9 mengajak kita kepada sebuah perjamuan ilahi, sebuah undangan yang penuh kasih dari Tuhan. Dalam setiap musim kehidupan,...