Konon ada seorang maharaja yang ingin berkeliling negeri untuk melihat keadaan rakyatnya. Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Namun baru beberapa meter saja berjalan di luar istana, kakinya sudah terluka karena terantuk batu. Ia berpikir, “Ternyata jalan-jalan di negeriku ini jelek sekali. Aku harus memperbaikinya.” Maharaja lalu memanggil seluruh menteri istana, dan ia memberi perintah untuk melapisi seluruh jalan di negeri itu dengan kulit sapi terbaik. Segera saja para menteri istana melakukan persiapan. Mereka mengumpulkan sapi-sapi dari seluruh negeri.
Di tengah kesibukan yang luar biasa itu, datanglah seorang bijak menghadap baginda raja. Katanya, “Mengapa Paduka hendak membuang sekian banyak kulit sapi untuk melapisi jalan-jalan di negeri ini, padahal sesungguhnya yang Paduka perlukan hanya dua potong kulit sapi saja untuk melapisi telapak kaki Paduka?” Konon sejak itulah dunia menemukan kulit pelapis kaki yang kita sebut sandal atau kasut.
Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman, kadang kala kita harus mengubah cara pandang kita dan bukan mengubah dunia ini.
Leo Tolstoy pernah berkata, “Semua orang ingin mengubah dunia, tetapi tidak seorang pun berpikir untuk mengubah dirinya sendiri.”
“Kelahiran Yang Paling Dinantikan” adalah kelahiran Kristus, sebab peristiwa yang setiap tahun kita rayakan itu, menunjukkan bahwa Allah mempunyai pandangan dan tindakan yang luar biasa. Kelahiran Kristus sangat bermakna sebab merupakan terobosan surgawi yang memecahkan persoalan paling pelik yang dihadapi manusia (dan Allah). Mari kita coba membayangkan betapa pelik dan besarnya persoalan, yang menindih hidup manusia secara menyeluruh itu. Melebihi kebingungan sang raja tadi, yang menyadari bahwa jalan-jalan di negerinya sangat jelek. Sesungguhnya keluarga besar manusia sedang menghadapi jalan buntu untuk beroleh keselamatan.
Gara-gara dosa yang dilakukan Adam sebagai kepala keluarga manusia, maka sejak itu seluruh keturunannya menyandang dosa warisan. Dan dosa tersebut tidak pernah menyusut apalagi hilang. Dosa juga tidak seperti tahi lalat, namun melebar dan berkembang terus. Karena kekudusanNya, Allah membenci dosa. Karena Mahaadil, maka Dia harus menghukum manusia berdosa. Di satu pihak Allah ingin menolong manusia, tapi di pihak lain keadilan-Nya menuntut hukuman mati yang mengerikan itu atas manusia. Syukurlah bahwa diantara semua sifat Allah, agaknya KASIH-Nya tetap yang paling dominan. Maka Dia memutuskan untuk menolong manusia, dengan menghadirkan Putra TunggalNya yang berinkarnasi. Secara sah dan pasti, Yesus Kristus mewakili seluruh umat manusia dalam menanggung hukuman yang ditimpakan oleh Allah.
IF JESUS CHRIST IS NOT TRUE GOD, HOW COULD HE HELP US? IF HE IS NOT TRUE MAN, HOW COULD HE HELP US? (Dietrich Bonhoeffer)
Kelahiran sang Putra yang menjadi Juru Selamat adalah kelahiran yang paling dinantikan oleh semua pihak. Allah sendiri sangat berkepentingan, sebab menyangkut kerinduan hati-Nya yang terdalam, menyangkut rencanaNya yang terbesar, menyangkut janji keselamatan-Nya. Dan bagi umat manusia, Yesus Kristus adalah jalan, Kebenaran dan Hidup. Tak heran jika kelahiran-Nya merupakan dambaan sejati bagi manusia sejagat dan segala abad.
Apa yang dilakukan dan diucapkan oleh Simeon?
Ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hambamu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan fiman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa …”(Lukas 2:28-31)
Saya melihat ada nilai-nilai yang penting sekali di sini.
PERTAMA, Simeon menyambut Anak itu. Ini adalah sikap yang paling tepat, saat Yesus Kristus mendekati kita. Karena Dia adalah kebutuhan jiwa kita yang paling utama!
Di New York konon ada seorang pendeta yang mencemaskan keselamatan jiwa seorang bankir, yang sering beribadah di gerejanya. Suatu hari pendeta itu memerlukan datang ke kantor bankir tersebut. Pak pendeta mengatakan bahwa ia mau berbicara sekitar sepuluh menit saja, sebab terlihat bahwa bankir itu sangat sibuk. “Apakah Bapak ke sini untuk urusan bisnis?” tanya bankir itu.
“Ya,” jawab pendeta itu, “Bisnis untuk Allah dan kekekalan. Saya mau berbicara mengenai jiwamu.” Alangkah terkejutnya pendeta itu ketika bankir itu berkata, “Selama tiga puluh tahun saya menunggu orang yang mau membicarakan hal ini. Tadi Pak Pendeta meminta waktu sekitar sepuluh menit saja? Datanglah ke rumah saya, dan saya akan menyediakan sepanjang petang untuk Bapak.”
JESUS CHRIST IS GOD’S EVERYTHING FOR MAN’S TOTAL NEED. (Richard Halverson)
KEDUA, Simeon menatang Yesus, seolah-olah ia sedang mendekatkan Yesus ke dadanya, supaya Bayi itu merasa senang. Namun yang terjadi sebenarnya adalah Yesus yang sedang menguatkan hati Simeon dan menghadirkan sukacita yang besar. Kalau sudah begitu, maka bukan manusia yang mendukung pekerjaanNya, tapi sebaliknya Dia yang selalu bersedia menopang hidup kita, serta segala pelayanan yang kita lakukan. Maka saat kita menatang Yesus, jangan pernah mengeluh, sebab kuk yang dipasangkan di pundak kita ringan rasanya. Pasti terangkat oleh kita dan sesungguhnya sangat menyenangkan!
Ada sebuah persekutuan doa yang diadakan di sebuah kapel milik misi. Hari itu seorang kuli bangunan ikut bergabung. Ia ikut-ikutan bertelut dalam doa. Ia tidak begitu mengerti tentang khotbah yang disampaikan. Ketika melihat semua yang hadir bersukacita, maka dengan wajah ceria ia terus berkata,”Yesus! Yesus!” Tiba-tiba ia berdiri di tengah ruangan sambil berkata dengan suara yang lantang,”Saya hanya seorang kuli yang miskin; saya tidak mempunyai uang dan kepandaian, tetapi di dalam hati saya, saya memiliki kebahagiaan yang tidak dapat saya ucapkan.” (Christian Herald)
THE SUREST MARK OF A CHRISTIAN IS NOT FAITH, OR EVEN LOVE, BUT JOY. (Samuel M. Shoemaker)
KETIGA, Simeon memuji Allah. Simeon dan kita semua mempunyai banyak alasan untuk memuji Allah. Bahwa Dia sedemikian berpihak kepada kita meskipun kita penuh dosa. Bahwa Ia dapat memecahkan permasalahan yang pelik serta kebuntuan besar kita. Dia sudah rela berkorban dan bersedia memasuki jalur kehidupan-Nya yang membawa penderitaan tiada tara, tapi sekaligus membahagiakan kita semua.
LET EVERY MAN PRAISE THE BRIDGE HE GOES OVER. (English Proverb)
KEEMPAT, Kelegaan hati Simeon. Sebagai orang yang “sudah kehabisan” masa hidupnya karena sudah lanjut usia, dan “kelelahan” dalam merindukan kehadiran Kristus, kelegaan hati Simeon memang sangat beralasan. Begitu berjumpa dengan bayi Yesus, maka ia bersedia untuk dipanggil pulang oleh Tuhan. Rasanya banyak di antara kita yang tidak dianjurkan mengikuti jejak Simeon itu. Ketahuilah bahwa Kristus dan karya besar-Nya masih perlu diperkenalkan, supaya lebih banyak lagi orang yang diselamatkan. Tuhan mengizinkan kita mempunyai ganjalan yang belum tuntas di hati kita untuk bersaksi sampai ke ujung dunia. Setiap orang mempunyai dunianya masing-masing. tapi sudahkah kita bersaksi secara optimal?
Rasul Paulus berkata, “Aku berutang, baik kepada orang Yunani maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar maupun kepada orang yang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin memberitakan Injil kepadamu juga yang diam di Roma” (Roma 1:14,15).
Kesedihan hati kita bahwa kita belum sempat memberitakan Injil, apakah seperti orang yang mempunyai utang? Dan semangat kita memberitakan Injil, apakah seperti ketika akan melunasi utang?
|Pdt. Em. Daud Adiprasetya
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.