Tema-tema di sekitar pelestarian lingkungan hidup, atau tepatnya tema ekologis, tidaklah populer dalam lingkungan gereja. Sebaliknya, di hampir semua persekutuan atau ibadah kristiani, tema-tema tentang keselamatan, tentang penyembuhan, tentang kuasa doa, kuasa Roh, adalah tema yang amat (sangat) laku. Mengapa? Mungkin tema tentang lingkungan hidup dirasakan tidak praktis, atau mungkin banyak gereja enggan bersusah-payah mengangkat tema yang sulit itu. Lagi pula toh banyak sekali gereja lain yang tidak melakukannya.
Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa keengganan itu terkadang dipengaruhi oleh pendapat bahwa yang penting adalah keselamatan jiwa kita. Dunia ini, tubuh ini, “yang daging” ini, tidaklah penting. Sebab semuanya itu, termasuk bumi kita, dan berarti alam lingkungan hidup kita ini, adalah fana. Dan terlebih lagi manusia. Bila demikian halnya, memang tidak ada gunanya memelihara apalagi melestarikan alam lingkungan hidup kita ini.
Teks kita hari ini menegaskan bahwa penyelamatan oleh Kristus tidak terjadi dengan cara memusnahkan manusia kemudian menciptakannya lagi secara baru, melainkan “kita yang lama” dijadikan “kita yang baru”. Begitu pun dengan dunia, termasuk bumi, lingkungan hidup kita ini tidak akan dihancurkan, tetapi diperbarui dalam arti yang lama dijadikan sebagai yang baru. Karena segenap ciptaan, adalah berarti kita dan dunia, termasuk bumi, lingkungan hidup kita ini.
Maka, sebagaimana disebutkan dalam ayat 21, bahwa kita “ditaklukkan” dalam pengharapan, mari kita menanti-nantikan pemenuhan kerajaan-Nya tidak dengan berpangku tangan dan mata yang tertuju kepada surga saja. Melainkan dengan bekerja, mempersiapkan jalan Tuhan yang hendak membarui segala sesuatu. Berjuang, karena hidup dalam Tuhan adalah hidup yang berpengharapan, yang berkelanjutan. Berjuang, “menatalayani ciptaan – menata diri”.
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.