Dengan demikian semua orang akan tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, jikalau kamu sating mengasihi. (Yohanes 13:35)
“Siapakah aku?” Pertanyaan ini diajukan oleh berbagai kalangan, dari seorang remaja sampai filsuf seperti Imanuel Kant. Pertanyaan ini berkaitan dengan identitas. Menyadari dan menghayati dengan sungguh identitas diri sangat menolong seseorang untuk memiliki orientasi hidup yang baik.
Dalam Injil Yohanes, Yesus memberikan sebuah perintah baru. Sejatinya, apa yang Yesus katakan ini bukan hukum yang benar-benar baru, sebab di dalam Perjanjian Lama hukum atau perintah ini sudah diperdengarkan, yaitu hukum kasih. Namun, kali ini Yesus mengajak para murid-Nya untuk saling mengasihi, sebab la sendiri mengasihi mereka. Jadi, kasih Yesus menjadi titik tolak. Lebih jauh, Yesus mengatakan bahwa di dalam praktik saling mengasihi itulah semua orang akan tahu bahwa mereka adalah murid-murid-Nya. Jadi, hidup yang saling mengasihi menjadi penanda identitas murid Kristus. Dengan kata lain, perintah ini mengajarkan bagaimana mereka harus menjalani hidup di tengah- tengah dunia agar melalui mereka Yesus dikenal.
Identitas diri sebagai manusia memang tidak tunggal dan terus berkembang. Kita hidup di dunia dan terhubung dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Namun, satu bagian yang sangat fundamental yang membentuk diri kita sebagai orang Kristen adalah Kristus. Jadi, siapa kita? Kita adalah murid Kristus, dan Sang Guru mengajar kita untuk saling mengasihi. Hidup saling mengasihi merupakan penanda bahwa kita adalah murid Kristus yang sejati. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Kasih adalah identitas yang terlihat dalam tindakan dan hal itu menjadi bukti autentik bahwa seseorang adalah murid Kristus.
Ayat Pendukung: Mzm. 148; Kis. 11:1-18, Why. 21:1-6; Yoh. 13:31-35
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.