Kasih dalam Pelayanan, Peduli dalam Tindakan

Kasih dalam Pelayanan, Peduli dalam Tindakan

Belum ada komentar 367 Views

Tema kita kali ini, sedap didengar, enak dibaca, tetapi tidak mudah untuk dilakukan, mengapa? Karena hal itu bertentangan dengan watak dan sikap kita masing–masing. Jujur saja, siapa sih yang suka melayani? Apalagi dengan penuh cinta-kasih.

Hal ini diharapkan bukan sekadar slogan kosong, tetapi merupakan wujud kepedulian kita yang kita konkretkan dalam tindakan nyata. Oke-lah kalau itu sekali–kali kita lakukan, boleh. Tetapi kalau itu lalu menjadi “habit” kita, nanti dulu. Masalahnya ialah, kita sudah begitu akrab untuk dilayani, bukan melayani. Sejak kecil sampai dewasa kita tidak terbiasa melayani, apalagi mengembangkan jiwa pelayan.

Kalau toh memang demikian, apakah tema kita kali ini bukan sekadar mimpi indah yang perlu kita buang saja, karena toh tidak realistik? Tidak juga sih, karena untuk menjangkau realitas yang kita inginkan, diperlukan sebuah mimpi juga. Mimpi bisa menjadi sebuah langkah awal dari serangkaian tindakan–tindakan nyata bagi terwujudnya mimpi itu sendiri. Hal itu berarti pula menuntut kita untuk melakukan “perubahan” dan berani keluar dari situasi status quo.

Masalahnya sekarang ialah ke arah mana perubahan itu kita lakukan. Sebab kita mau berubah bukan asal berubah, tetapi ada goal, ada cita–cita yang mau kita capai, yaitu berubah ke arah Dia yang mengutus kita. Yesus berkata, “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kaki-mu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling mem-basuh kakimu, sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya, atau pun seorang utusan daripada dia yang mengutusnya.” (Yohanes 13:13-16).

Ketika kita benar–benar menempatkan Dia sebagai penguasa hidup kita, maka guru dan tuhan kita bukan lagi kepandaianku, kekayaanku, jabat-anku, dan sebagainya, tetapi benar–benar Allah yang telah menyatakan diri dalam Yesus Kristus. Dan Penguasa yang telah menyelamatkan kita adalah Dia yang telah memberikan keteladanan tentang pelayanan dan kepedulian sedemikian rupa sebagaimana yang didemonstrasikan dalam Yohanes 13. Inilah yang sekarang harus menjadi watak dan sikap kita.

Spirit pelayanan dan kepedulian itu bukan ada pada diri kita, tetapi karena iman kita kepada-Nya. Oleh karena itu, ketika kita benar–benar ingin mewujud-nyatakan kasih dalam pelayanan, dan peduli dalam tindakan, maka kita harus terus menerus menggali di dalam iman kita kepada Dia, dan itu berarti kita harus berani terus menerus me-rubah sikap dan watak diri kita ke arah Dia yang memiliki kita, apa-lagi ketika kita benar–benar me-nyadari status dan keberadaan kita sebagai hamba-Nya, seorang hamba tidaklah lebih tinggi daripada tuannya. Amin.

Pdt. Agus Susanto

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...