Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yak. 4:15)
Seorang bapak menggerutu: “Sudah lama saya berdoa, saya pun sudah berupaya, tetapi Tuhan tidak menjawab doa saya.” Pernahkah Anda mendengar sungut-sungut seperti itu? Kita ingin sesuatu, lalu kita berdoa, dan memaksa Tuhan untuk mengabulkannya. Seakan-akan, Tuhan itu adalah pelayan kita.
Yakobus mengajarkan sikap doa, bahkan sikap hidup yang tepat di hadapan Tuhan. Tuhan bukan pelayan manusia. Sebaliknya, manusialah yang menjadi pelayan Tuhan. Karena itu, manusia mesti datang kepada-Nya dengan kerendahan hati. Bahkan, Yakobus menyebutkan bahwa orang yang merendahkan diri, dialah yang akan ditinggikan. Orang yang merendahkan diri atau merendahkan hati tidak akan memaksakan kehendak, sebab ia tahu diri dan ia pun sadar bahwa Allah tahu yang terbaik untuk semua orang. Itu sebabnya, orang yang merendahkan hati akan berserah kepada Tuhan, “Bukan kehendakku, tetapi kehendak-Mu.” Jika Tuhan menghendakinya, maka saya akan berbuat ini dan itu. Jadi, kehendak Tuhan yang harus dicari dan dilakukan.
Dengan demikian, bukan Tuhan tidak menjawab doa kita, tetapi jawaban Tuhan tidak harus seperti yang kita inginkan. Dia Allah dan Dia tahu yang terbaik untuk kita. Memang kita harus membuat perencanaan hidup dan kita mesti mendoakan apa yang kita rencanakan. Namun, akhirnya kita harus berkata: “Jika Tuhan menghendaki.” Kitalah yang harus menyelaraskan hidup kita dengan kehendak-Nya, sebab kita adalah pelayan-Nya. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Sukacita seorang pelayan adalah melakukan apa yang dikehendaki oleh majikannya, dan kita ini adalah pelayan-pelayan Kristus.
Ayat Pendukung: Mzm. 128; Ams. 27:1-27; Yak. 4:8-17
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.