Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Siapa saja yang tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya. (Mrk. 10:15)
Orang yang berkarya baik belum tentu dihargai dan disambut dengan sukacita, bahkan sebaliknya bisa jadi justru dicurigai dan dibenci. Itulah yang dialami Yesus saat berkarya di tengah masyarakat Yahudi.
Saat melihat semakin banyak orang yang bertobat dan percaya kepada Yesus, orang-orang Farisi justru mengeraskan hati. Mereka ingin menghentikan pengaruh perubahan yang dibawa Yesus. Dalam teks Alkitab yang kita baca hari ini, kita melihat motif kekerasan hati orang Farisi dalam pertanyaan tentang perceraian. Ini adalah topik yang hangat di kalangan masyarakat Yahudi pada waktu itu. Sementara itu di tengah rendahnya nilai-nilai pernikahan dalam masyarakat, ada kelompok orangtua yang membawa anak-anak untuk dijamah Yesus. Ini merupakan gambaran kebutuhan zaman agar setiap keluarga menyelamatkan masa depan anak-anak, generasi penerus Israel. Oleh karenanya Yesus melarang para murid menghalang-halangi kedatangan anak-anak sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Sorotan utama dalam teks ini bukanlah mengenai anak- anak, tetapi mengenai sikap dalam menerima Kerajaan Allah. Anak-anak yang datang kepada Yesus menjadi contoh sikap yang tepat dalam menyambut Kerajaan Allah. Sikap ini kontradiktif dengan sikap para Farisi yang mengeraskan hati. Janganlah kita mengeraskan hati, karena kekerasan hati akan menjadi penghambat manusia untuk masuk Kerajaan Allah. [Pdt. Sri Agus Patnaningsih]
DOA:
Ya Tuhan, jangan biarkan kami mengeraskan hati agar kami mengikuti-Mu dengan penuh sukacita. Amin.
Ayat Pendukung: Kej. 2:18-24; Mzm. 8; Ibr. 1:1-4, 2:5-12; Mrk. 10:2-16
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.