… meskipun Yesus mengadakan begitu banyak mujizat di depan mata mereka, namun mereka tidak percaya kepada-Nya …. (Yoh. 12:37)
Percaya ialah mengakui sesuatu sebagai benar adanya. Kedatangan Yesus menimbulkan dua kelompok yang terbelah: yang percaya pada-Nya sebagai Mesias dan yang tidak percaya. Penulisan kitab-kitab Injil bertujuan agar orang mendengar tentang siapakah Yesus, dan menjadi percaya pada-Nya. Namun, biarpun banyak mukjizat dikerjakan oleh Yesus, tetap saja ada sebagian orang yang tidak mau percaya.
Bagaimana menjelaskan hal ini? Injil Yohanes menjelaskan bahwa Nabi Yesaya sudah menubuatkannya: “Allah sendiri telah membutakan mata dan mendegilkan hati mereka, supaya mereka jangan melihat dengan mata, dan menanggap dengan hatinya, lalu berbalik kepada-Nya” (Yes. 6:10; Yoh. 12:40). Dengan kata lain, percaya adalah anugerah Allah sendiri. Rasul Paulus mengungkapkan dengan tegas, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Ef. 2:8-9).
Karena iman itu adalah anugerah Allah, maka tak ada satu orang pun yang dapat memaksa orang lain untuk percaya atau tidak percaya pada Yesus. Iman adalah hubungan pribadi kita dengan Allah. Hanya kita yang dapat mengambil keputusan untuk diri sendiri. Kita yang beriman patut bersyukur atas anugerah Allah yang sungguh besar itu. Tidak patut menjadi sombong rohani, dengan memandang rendah iman orang lain! [Pdt. (Em.) Ferdinand Suleeman]
REFLEKSI:
Kita harus menjaga iman kita tetap menyala sampai hari kedatangan-Nya nanti.
Ayat Pendukung: Mzm. 105:1-11, 37-45; Yer. 30:12-22; Yoh. 12:36-43
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.