“Apa makna ibadah bagi kita?” Sebagian besar orang mungkin akan menunjuk kepada rangkaian peribadahan yang kita lakukan pada hari Minggu. Rangkaian puji-pujian, doa, dan pelayanan firman itulah yang sering melekat dalam benak kita sebagai makna dari ibadah kita kepada Tuhan. Memang, dalam satu sisi, pernyataan ini benar. Namun, mungkin perlu kita pertanyakan dalam hati kita masing-masing, “Apakah ibadah hanya memang sebatas itu? Ibadah yang sejati itu seperti apa?”
Dalam menanggapi pertanyaan ini, Mazmur 50 menyatakan demikian, “Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya” (Mzm 50:23). Persembahan syukur dalam bentuk puji-pujian maupun persembahan dalam bentuk lainnya memang adalah sarana kita untuk mensyukuri kemuliaan Tuhan. Namun, kita juga diminta untuk hidup dalam jalan hidup yang jujur, atau dengan kata lain : hidup dalam jalan yang benar. Barulah, setelah kita melakukan keduanya, ibadah kita menjadi sebuah ibadah yang utuh.
Marilah kita berefleksi bersama dalam sebuah lagu berjudul Apalah Arti Ibadahmu (PKJ 264), yang dengan indahnya merangkum isi renungan singkat ini :
Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,
bila tiada rela sujud dan sungkur?
Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan,
bila tiada hati tulus dan syukur?
Ibadah sejati, jadikanlah persembahan.
Ibadah sejati, kasihilah sesamamu!
Ibadah sejati yang berkenan bagi Tuhan,
Jujur dan tulus ibadah murni bagi Tuhan.
Selamat beribadah kepada Tuhan melalui seluruh kehidupan kita!
CEB
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.