Seseorang yang berulang-ulang kecewa dalam relasi, pada suatu hari bertemu dengan seseorang yang membuatnya melupakan masa lalunya yang penuh kepahitan, yang memberikannya semua yang belum pernah didapatkannya. Ia pun lahir kembali dalam cinta, menatap masa depan dengan jiwa dan semangat hidup yang baru.
Banyak orang mengalami hal serupa dalam berbagai bentuknya. Misalnya orang yang terhindar dari kecelakaan yang seharusnya fatal. Atau orang yang pulih dari penyakit yang di atas kertas tak tersembuhkan. Atau seorang penjahat yang alih-alih mendapatkan hukuman mati, diampuni dan diganjar hukuman seumur hidup. Atau seorang yang bangkit dari “pengalaman hampir mati” (near death experience). Berbagai pengalaman seperti itu menjadikan yang bersangkutan berefleksi tentang kehidupan dan masa depan mereka. Biasanya mereka lalu berubah secara drastis dan positif, lahir kembali dalam kehidupan serta mensyukurinya dalam ketulusan sekaligus haru.
1 Petrus 1:17-25 menandaskan bahwa “peristiwa Kristus” lebih daripada semua pengalaman di atas. Hanya Paskah, yang pada hakikatnya adalah pengorbanan Kristus, yang dapat menghidupkan kita kembali, kita yang telah mati oleh dosa kita. Hanya kebangkitan Kristuslah yang dapat membuat kita benar-benar lahir kembali.
Maka pertanyaannya adalah, apakah oleh “peristiwa Kristus” kita berefleksi tentang kehidupan dan masa depan kita? Apakah kita sungguh-sungguh lahir kembali dalam kehidupan serta menyukurinya dalam ketulusan sekaligus haru? Apakah kita benar-benar berusaha menjadi manusia baru yang berpengharapan, dan di dalam diri kita “Kristus dan kebenaran-Nya (baca: firman-Nya) bertahta”?
Selamat Paskah!
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.