Perkataan orang berhikmatyang disampaikan dengan tenang lebih patut daripada teriakan orang berkuasa di antara orang bodoh. (Pengkhotbah 9:17)
Rina merasa sangat kesal terhadap anak remajanya, Leo. Leo sering menghabiskan waktu bermain game online sehingga beberapa tugas sekolahnya tidak tuntas. Dalam kekesalannya, Rina marah besar dan berteriak agar Leo berhenti bermain gawai. Namun, Leo tidak menggubris, bahkan balik marah kepada ibunya karena teriakannya terdengar hingga ke rumah tetangga. Leo merasa ibunya mempermalukan dirinya. Ketua RT, Badu, datang untuk menenangkan Rina yang sangat emosional. Dengan lembut, Badu menasihati Leo agar bisa menyeimbangkan tanggung jawabnya. Leo pun mau mendengarkan nasihat tersebut.
Bacaan hari ini mengajarkan tentang pentingnya hikmat dalam kehidupan sehari-hari. Orang sering mengutamakan kekuatan atau kekuasaan, seperti berteriak untuk mendapatkan perhatian. Namun, hikmat lebih bernilai daripada kekuatan. Perkataan yang tenang dan bijaksana lebih mudah diterima daripada teriakan penuh emosi. Ketika seseorang menyampaikan nasihat dengan nada tinggi, orang yang mendengarnya bisa merasa terhina. Sebaliknya, kata-kata hikmat yang diutarakan dengan tenang dapat diterima dengan hati lapang.
Saat emosi meluap, tenangkan diri terlebih dahulu. Kata- kata yang baik sekalipun, jika disampaikan dengan emosi, bisa menjadi tidak efektif. Dalam ketenangan, kita dapat berpikir jernih, memilih kata yang tepat, dan menyampaikan pesan dengan benar. [Pdt. Natanael Setiadi]
REFLEKSI:
Ketenangan membuat kita dapat berpikir dengan jernih dan berkata-kata dalam hikmat.
Ayat Pendukung: Pkh. 9:13-18; Mzm. 25:11-20; Mat. 25:31-46
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.