Namun, kamu tidak hidup dalam tabiat daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah tinggal di dalam kamu. (Rm. 8:9a)
Seorang ibu bercerita, ia tinggal bersama anak dan menantunya untuk beberapa hari. Namun ia merasa stres karena sekalipun ia ada di rumah itu, keberadaannya seolah tidak dianggap ada. Anak menantu dan cucunya tidak melibatkan dia dalam keseharian. Mereka tidak berupaya menanyakan apa pendapatnya atau apa keinginannya dan lain-lain. Ini membuatnya sedih dan merasa ia tidak ada artinya hadir di tengah-tengah kehidupan keluarga anaknya.
Dalam kehidupan kita mengaku sebagai anak Tuhan. Roh Kudus sudah dicurahkan Tuhan dalam hidup kita, namun yang menjadi pertanyaan apakah kita melibatkan Tuhan dalam kehidupan kita? Tuhan yang ada bersama dengan kita apakah ikut menjadi penentu dalam keputusan-keputusan yang kita buat? Atau kita masih terus sibuk hanya berlaku sesuai keinginan daging kita. Tuhan ada namun tidak kita anggap ada. Tuhan tidak sungguh-sungguh kita sadari dan kita anggap keberadaan-Nya.
Seharusnya kita hidup dipimpin oleh Roh, bukan oleh daging kita. Keinginan daging hanya akan membawa kita pada dosa dan kehancuran. Kita harus terus belajar menyelaraskan keinginan daging kita dengan keinginan Tuhan. Dengan demikian, dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan, Tuhan tidak sekadar melekat dalam predikat kita sebagai anak-anak Tuhan, namun kita dengan aktif melibatkan Tuhan dalam kehidupan kita. [Pdt. Cordelia Gunawan]
REFLEKSI:
Jangan hanya merencanakan hidup sesuai kehendak kita, libatkan Tuhan dalam setiap rencana kehidupan kita.
Ayat Pendukung: Yes. 2:1-5; Mzm. 29; Rm. 8:9-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.