“Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?” (Mat. 25:37)
Hidup dalam kebenaran bukan sekadar ajaran. Hidup dalam kebenaran adalah tindakan. Ajaran dan tindakan merupakan satu kesatuan. Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan harus terbukti dalam pengalaman. Pengalamanlah yang akan mengonfirmasi apakah seseorang sudah hidup dalam kebenaran dan pantas disebut sebagai orang benar ataukah belum.
Injil Matius menyematkan sebutan orang-orang benar kepada mereka yang menyatakan belarasa dalam tindakan nyata terhadap orang-orang kecil dan termarginalkan. Orang- orang benar memberikan makan dan minum kepada orang lapar dan haus, tumpangan kepada orang asing, juga lawatan terhadap yang sakit dan terpenjara. Orang-orang benar melakukan tindakan belarasa ini bukan karena ada sesuatu yang ingin mereka dapatkan. Tidak ada hadiah yang hendak mereka kejar. Apa yang dilakukan tulus berdasarkan kasih sehingga Kristus memberikan apresiasi. Mereka mendapatkan bagian dalam Kerajaan Allah, yakni hidup yang bermakna dan kekal dari Bapa.
Di awal tahun baru ini, Injil Matius mengarahkan kita untuk hidup benar dalam Kristus dengan menyatakan kasih dan belarasa. Bukan demi hadiah, melainkan sebagai manifestasi ajaran Kristus dalam tindakan sehingga kita memiliki pengalaman iman yang bermakna. Di situlah hidup kita berbuah bagi sesama, dan kita layak disebut sebagai orang-orang benar karena kita hidup dalam kebenaran yang Kristus inginkan. [Pdt. Hariman Pattianakotta]
REFLEKSI:
Menghidupi kebenaran meminta tindakan kasih yang tulus untuk sesama, supaya pengalaman baru di tahun ini makin bermakna.
Ayat Pendukung: Pkh. 3:1-13; Mzm. 8; Why. 21:1-6a; Mat. 25:31-46
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.