Hidup Berhikmat Hikmat (chokmah) bisa berarti kebijaksanaan, etika, keahlian, dan kepandaian. Hikmat itu bukan hanya soal karsa dan pikiran tetapi juga karya yang berbuah dalam karya. Jadi hikmat menyapa manusia dalam dimensi kognisi, afeksi (sikap), dan psikomotori (karya).
Kitab Perjanjian Lama sering mengandaikan hikmat (chokmah) seperti seseorang yang terus menerus mengajak dan meneriakkan hal-hal baik. Hikmat berseru-seru senantiasa. Allah dalam Roh-Nya menggaungkan terus hikmat itu dalam keseharian manusia. Hikmat menyatakan dirinya melalui beragam cara. Melalui Nurani (hati kecil) yang seringkali menyeruak maupun melalui hal-hal lain di sekitar kita, seperti dalam relasi manusia dengan manusia lain, dengan ciptaan lain, maupun dengan alam dan semesta.
Pekerjaan rumah (PR) terbesar manusia adalah bagaimana menyadari kehadiran Sang Hikmat dalam ziarah kehidupan. Acapkali manusia dibutakan dengan begitu banyak hal sehingga tidak menyadari kehadiran-Nya. Acapkali juga manusia menulikan telinga batinnya dan memilih untuk mengabaikan seruan Sang Hikmat. Hikmat memang dianugerahkan.
Hikmat memang diberikan tetapi manusia butuh merespons dan tidak abai terhadap kehadirannya. Itulah kunci hidup berhikmat yaitu senantiasa mencari tahu dan berusaha menemukan seruan Sang Hikmat. Hidup berhikmat juga adalah sebuah proses. Kenyataan bahwa manusia kadang kala tidak mau mendengar dan kadangkala mendengarkan hikmat, membuat ‘hidup berhikmat’ adalah sebuah perjalanan dan Latihan. Kepekaan adalah satu satunya kunci menuju kesempurnaan hidup berhikmat. Temukan kehadiran Sang Hikmat yang bersumber dari Allah melalui relasi Anda dengan manusia lain, ciptaan lain (tumbuhan dan binatang), maupun dari alam ini. BA
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.