Ajaran kasih menjadi dasar dari ajaran Kristus. Kita masih mengingat bagaimana Yesus mengatakan bahwa dasar dari semua hukum adalah kasih kepada Allah, diri sendiri dan sesama (Mat. 22:37-40). Di dalam kasih tidak ada kebencian tetapi menariknya dalam Injil Lukas, Yesus berkata bahwa jika seseorang tidak membenci bapanya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku (ayat 26). Bagaimana kita memahami hal ini?
Keputusan untuk mengikut Yesus adalah sebuah keputusan radikal. Yesus ingin kita menyadari hal tersebut. Menyadari bahwa keputusan mengikut Dia bukan sekedar perasaan romantik, tetapi perlu hikmat, keberanian dan ketotalitasan. Sama seperti Yesus yang memilih mencintai dunia dan menyelamatkannya secara total. Pada saat Yesus berada dalam persimpangan jalan untuk memilih, dengan penuh kesadaran, cinta, dan kemerdekaan, Yesus memilih memikul salib. Bukan kehendak-Ku Bapa tetapi kehendak-Mulah yang jadi.
Pada ayat 33 tertulis: “Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku”. Melepas kepemilikan, melepas seluruh kemelekatan dan menyerahkannya kepada Allah adalah jalan hidup pengikut Yesus. Belajar berproses untuk melepas agar melekat pada Kristus. Melekat, menyatu pada Kristus untuk mengalami pertumbuhan di dalam Kristus. Ingatlah dan yakinlah bahwa cinta kasih Kristus tidak pernah membinasakan tetapi sebaliknya memulihkan dan menyelamatkan. Ketika kita melekat pada Kristus, kita melekat dalam cinta-Nya, kita menyatu dengan kebaikan-Nya, kita seirama dengan keadilan-Nya.
dva
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.