Saya menyarankan Anda membaca secara berurutan Yohanes 10 dan 15. Maka, jika Anda jeli, Anda akan mendapati sebuah kesamaan yang sangat menawan. Di dalam Yohanes 10:11, Yesus berkata bahwa Ia adalah Gembala yang baik, yang “menyerahkan nyawanya bagi domba-dombanya.” Di dalam Yohanes 15:13, Yesus berkata bahwa seorang sahabat “memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” Sangat menarik! Menjadi seorang gembala sama kualitasnya dengan menjadi seorang sahabat. Keduanya ditunjukkan secara konkret oleh Yesus Kristus, Sang Gembala Agung dan Sang Sahabat. Kesejajaran kedua teks yang menampilkan kesediaan untuk menyerahkan nyawa ini memuncak di dalam Yohanes 19:30, tatkala Yesus berada di atas kayu salib, kemudian “menundukkan kepada-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.”
Teladan yang Kristus berikan ini seharusnya “mengganggu” kita semua, yang lebih sering diasuh oleh semangat dunia untuk menyerahkan nyawa sesama demi menyelamatkan diri sendiri. Ciri persaudaraan dan persahabatan Kristen adalah melakukan apa yang dilakukan Kristus, memahami dengan pikiran Kristus, merasakan dengan perasaan Kristus, serta mencintai apa yang dicintai Kristus. Penulis 1 Yohanes menampilkan keharusan kita untuk juga bersedia menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita, karena Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya terlebih dahulu bagi kita (1Yoh. 3:16).
Menyerahkan nyawa dapat terjadi secara harfiah, sekali untuk selamanya, dan putuslah napas kita. Inilah yang dicontohkan oleh para martir dalam kehidupan gereja mula-mula, khususnya di dalam tiga abad pertama berdirinya gereja. Namun, menyerahkan nyawa dapat pula terjadi setiap hari, yaitu ketika kita rela menata kehidupan kita agar memberkati sesama. Kesediaan mati setiap hari juga membuat kita seorang martir, bukan melalui kematian kita melainkan melalui kehidupan kita. Hiduplah setiap hari dengan cara mati setiap hari demi sesama, yang sungguh dicintai Allah. Amin. (ja)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.