Hujan debu Gunung Kelud menyebabkan Jogya yang biasanya hiruk pikuk menjadi kota mati. Orang masih ragu memulai usaha warungannya, kecuali satu warung kecil di bantaran sungai. Di warung itu kelihatan sepi, hanya ada ibu penjual yang dibantu anaknya dan dua orang pelanggan. “malam bu…” sapaku, “Malam mas, mau makan apa? tanyanya “Nasi gudeg suwir pakai telor ya bu” jawabku cepat. “masih banyak debu dijalanan kok sudah keluar rumah mas, apa ibu gak masak ?”, tanya ibu itu lagi. “tadi seharian di rumah rasanya mulai sumpek, pengen cari udara segar setelah hujan dari pagi, jawabku lagi. Lha…ibu sendiri kok sudah berjualan, sementara warung lainnya masih pada tutup. “iya mas”, sambung ibu itu lagi, “abisnya gimana ? Mata pencaharian cuman ini, kalau berhenti gimana dan lagi, mungkin ada yang butuh makan, di sini kan banyak anak kost yang duitnya sering pas-pas an, terus sering ngutang, akh jadi kasihan lah sama mereka. Ibu bukan sok pinter, tapi ibu cuma mau kasih tau “Gusti Allah Ora Sare”, mas kan percaya sama Gusti Allah to ? ingat saja “Gusti Allah Ora Sare”. “maksudnya “Gusti Allah Ora Sare” itu apa? Tanyaku lagi. “ ooo alah… itu artinya Tuhan Allah Tidak Tidur.. gini lho mas, kalo mas e punya iman, Gusti Allah itu akan membantu usaha yang mas lakukan, asal mas hidupnya harus benar. Jadi meski hujan debu, hujan bledek, hujan bleduk entah opo wae, pasti ada maksud dibalik semua musibah, kesulitan dan penderitaan itu….. ooo gitu ya bu? Jawabku sambil bersiap untuk membayar.
(TT)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.