“Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.“ (Mrk. 12:44)
Proses memberi dan menerima adalah proses yang kita jalankan seumur hidup. Sejak mata kita terbuka, sampai akhirnya nanti mata kita tertutup, selalu ada momen bagi kita entah untuk memberi atau menerima. Pengalaman memberi dan menerima dapat kita maknakan juga sebagai pengalaman spiritualitas. Sebab, melalui apa yang kita terima dan berikan, kita selalu dapat menemukan makna yang dalam di baliknya.
Persembahan ibu janda yang miskin mengingatkan kita bahwa memberikan apa yang paling berharga dalam hidup itu sangat mungkin dilakukan. Di mata banyak orang, si ibu janda ini mungkin adalah seorang yang miskin dengan persembahan yang sedikit saja. Akan tetapi, di mata Tuhan Yesus, si ibu janda ini adalah seorang yang sangat kaya dalam kasih yang nyata. Ia telah memberikan semua yang ada padanya dan memercayakan dirinya pada pemeliharaan Bapa atas hari-hari ke depan yang akan dijelangnya.
Bukti dari kehidupan spiritual yang bugar adalah kesediaan memberi dengan lega tanpa beban, tulus dan gembira. Bukan semata-mata memberi uang dan barang, tetapi terutama sekali pikiran, hati dan segenap keberadaan diri. Kita bersedia terus-menerus dipenuhi dan diperbarui oleh kasih anugerah Allah. Kalau pada akhirnya kita mampu menyatakan kasih kepada Allah dan sesama, semua itu dapat terjadi karena kita sudah, sedang, dan akan terus dipelihara oleh kasih Allah. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apa yang menjadi tanggapan kita setelah menyadari pemeliharaan Allah yang setia dalam hidup?
Ayat Pendukung: Mzm. 79:1-9; Yer. 8:14-17; 9:2-11; Mrk. 12:41-44
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.