Ada sebuah ungkapan: ‘Mari kita membiasakan kebenaran, dan jangan membenarkan kebiasaan’. ‘Membenarkan kebiasaan’. Ya inilah yang sering terjadi. Kita sering ‘memaafkan’ sebuah kebiasaan yang salah, dengan mencari alasan pembenar. Akibatnya, kebiasaan yang salah itu akan terus kita ulang dan lama kelamaan, nurani kita tidak lagi dapat membedakan, apakah kebiasaan itu sesuatu yang salah atau tidak.
Dan ini adalah sesuatu yang berbahaya! Kematian nurani! Yesus berkata: ‘…jika garam menjadi tawar, dengan apakah kamu mengasinkannya?’ (Mrk. 9:50) Sebuah pertanyaan reflektif yang menyadarkan kita, bahwa sesuatu yang buruk kalau tidak kita buang, pada akhirnya dapat menguasai kita dan kita tidak lagi dapat mengubahnya.
Pertanyaan reflektif ini berada dalam konteks ‘dosa dan penyesatan’. (Mrk. 9:42). Perkataan Yesus sangat keras! Mereka yang menyesatkan itu lebih baik dibuang ke laut dengan batu gilingan diikatkan pada lehernya! Mengapa Yesus sekeras itu? Karena ‘dosa dan penyesatan’ itu sesuatu yang merusak. Jangan dibiarkan apalagi dibenarkan dengan alasan yang kita buat.
Dosa dan penyesatan harus dibuang! Itulah arti tema kita hari ini ‘cungkil dan buanglah’. Bukan berarti secara hurufiah kita mencungkil dan membuang mata kita atau anggota tubuh kita, tetapi kebiasaan yang salah harus cepat-cepat dikoreksi. Jangan sampai nurani kita (apalagi nurani kelompok) tidak dapat lagi membedakan mana yang salah atau benar.
Nah…kebiasaan apa saja yang perlu segera kita koreksi? Jangan berlambat-lambat ya..dan jangan mencari alasan pembenaran. Cungkil dan buanglah! (RDJ)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.