Apa yang Saudara pikirkan ketika mendengar kata Ibadah? Hal pertama yang umumnya terlintas adalah kebaktian di gereja dengan pujian, khotbah, persembahan, berkat. Tidak salah dengan hal tersebut, namun kata “Ibadah” tidak terbatas pada ritus keagamaan sekali seminggu saja. Ibadah dalam pengertiannya berarti tindakan bakti kita kepada Allah, yang berdasar pada cinta kita pada-Nya. Bakti ini tidak hanya diwujudkan dalam tindakan ritus di dalam kebaktian, lebih dari itu, dalam tindakan nyata di kehidupan sehari-hari.
Di minggu ini, sebagai keluarga kita diajak untuk tidak hanya menjalankan ritus peribadahan di gereja saja, tetapi juga mewujudnyatakannya dalam bentuk kepedulian terhadap orang lain yang membutuhkan.
Dalam bacaan kita minggu ini, bangsa Israel digambarkan rajin dalam berpuasa dan melakukan ritus keagamaan mereka. Namun, Allah melihat jauh lebih dalam dari itu. IA melihat bahwa tindakan bangsa Israel bukanlah bentuk kesalehan yang sejati.
58:3 … Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.
58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.
58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur?
Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN? 58:6 Bukan!
Apa yang Allah kehendaki adalah ketika umat Israel bersedia memecah roti bagi yang lapar, membagi ruang bagi yang yang punya rumah, memberi pakaian mereka yang telanjang (ay. 6-10).
Maka Saudara, mari kita menjadi keluarga yang menyatakan belas kasih kepada sesama yang membutuhkan sebagai perwujudan
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.