Di dalam 1 Korintus 1:18, Paulus berkata, “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah.” Kebodohan yang dimaksud oleh Paulus harus kita pahami dalam konteks pertikaian di dalam jemaat Korintus, sebagaimana dicatat di dalam ayat 10-17. Setidaknya ada empat kelompok yang muncul: kelompok Paulus, kelompok Apolos, kelompok Kefas, dan kelompok Kristus. Terhadap friksi ini, Paulus bertanya perih: “Adakah Kristus terbagi-bagi?”
Sikap tega jemaat Korintus untuk memusuhi saudara seiman dan mendedikasikan diri pada satu kelompok yang memusuhi kelompok lain ini muncul justru karena setiap orang dan setiap kelompok merasa pintar dan benar. Mereka kurang mau dan mampu menjadi orang-orang Kristen yang “bodoh demi Kristus.” Prinsip “bodoh demi Kristus” harus menghasilkan sikap menghargai Kristus yang disalibkan yang menghimpun mereka ke dalam satu keluarga. Orang-orang Yunani dengan filsafat mereka menganggap diri pandai dan menganggap orang Kristen pandir karena percaya pada orang yang disalibkan itu. Padahal, justru kebenaran dan kebaikan dan keindahan ditemukan di dalam Kristus yang disalibkan itu. Ialah yang mempersatukan semua orang yang “mau-maunya” percaya pada Yang Tersalib itu.
Singkatnya, perpecahan muncul karena jemaat Korintus lebih memakai filosofi Yunani tampak membuat mereka pandai namun merasa diri paling pandai; mereka tampak benar dan merasa diri paling benar. Alhasil, pertikaian muncul.
Mari kita “bodoh demi Kristus,” dengan percaya bahwa kita dipersatukan oleh Dia yang tersalib demi kita. Berita salib itu membuat kita “diselamatkan.” Berita salib itulah “kekuatan Allah” sesungguhnya!
ja
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.