Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. (Ibr. 11:6)
Sudah 30 tahun lebih Mbak Imah bekerja pada keluarga Bu Tati, sejak anak-anak Bu Tati masih kecil hingga mereka dewasa dan berumah tangga. Bagi Bu Tati, Mbak Imah adalah bagian keluarganya. Sebab, Mbak Imah menunjukkan sikap jujur, dapat dipercaya dan dapat diandalkan dalam mengurus rumah dan juga mengurus anak-anak, selama 30 tahun lebih. Mbak Imah pun senang dan akhirnya memilih menghabiskan masa tuanya bersama keluarga Bu Tati. Ia tahu, bersama keluarga Bu Tati, hidupnya akan terpelihara baik.
Percaya, setia, melakukan dengan baik apa yang diharapkan dan terus bertahan bersama Allah dalam segala keadaan, membuat Henokh mendapat karunia yang khusus. Ia tidak mengalami kematian, tetapi terangkat ke surga. Hal itu terjadi karena iman Henokh yang teguh kepada Allah. Henokh hidup bergaul dengan Allah yang mengasihinya. Ia mengenal Allah dengan baik dan ia mengenal apa yang dikehendaki dan yang tidak dikehendaki Allah. Henokh berusaha sungguh-sungguh hidup berkenan kepada Allah, oleh karena imannya kepada Allah.
Belajar dari Henokh, apakah kita juga hidup bergaul dengan Allah? Apakah kita melakukan kehendak-Nya, setia dan berjalan bersama-Nya dalam segala keadaan? Seperti Henokh, jika kita mengenal dan percaya kepada Allah, maka kita menyatakan pengenalan dan kepercayaan kita itu melalui kehidupan yang berkenan kepada-Nya. [Pdt. Henni Herlina]
DOA:
Kami ingin menyenangkan hati-Mu dan dekat pada-Mu, ya Tuhan. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 92:2-5, 13-16; 1Raj. 10:26—11:8; Ibr. 11:4-7
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.