Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! (Mzm. 128:1)
Setiap hari, seorang ibu membuat roti untuk keluarganya dan menyediakan sepotong untuk siapa pun yang lewat depan rumahnya. Setiap hari pula, seorang bungkuk mengambil roti itu dan tidak mengucapkan terima kasih. Sebaliknya, ia berucap, “Hal baik yang kamu lakukan akan tetap tinggal padamu. Hal jahat yang kamu lakukan akan datang menimpamu.” Ibu ini pun kesal dengan sikapnya itu. Suatu hari, putranya yang sudah lama mengembara di kota lain pulang dalam keadaan lemah. Saat bertemu ibunya, putra itu berkata, “Sungguh keajaiban aku bisa pulang. Saat aku dalam perjalanan dan hampir mati kelaparan, seorang bungkuk memberiku sepotong roti.” Mendengar ini, ibu itu pun teringat akan perkataan si bungkuk.
Hikmat tradisional mengajarkan bahwa setiap orang mendapat ganjaran sesuai dengan perbuatannya. Apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Namun, Mazmur secara khusus mengaitkannya dengan ketaatan kepada Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan itulah yang justru bisa mendatangkan berkat.
Dalam pemahaman masyarakat Israel kuno, berkat memang lebih dianggap berupa materi atau fisik, seperti hasil tanah, kesejahteraan sosial ekonomis, dan banyaknya keturunan. Namun, kita juga bisa mengartikan berkat secara lebih luas. Bahkan, hubungan yang baik dengan Tuhan itu sendiri sudah merupakan suatu berkat. Berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan! [Ibu Yessy Sutama]
REFLEKSI:
Kehadiran Tuhan adalah berkat terbesar bagi hidup kita.
Ayat Pendukung: Mzm. 128; Yos. 10:12-14; Mat. 15:1-9
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.