“Pergilah, kumpulkan semua orang Yahudi… Jangan makan dan minum selama tiga hari, siang dan malam. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian…” (Ester 4:16)
Berkabung adalah ungkapan perasaan kesedihan yang muncul saat menghadapi kematian atau situasi buruk lainnya. Ada beragam bentuk perkabungan, seperti ibadah bersama, mengunjungi makam, menangis, menulis atau berbicara tentang almarhum, hingga menuliskan kenangan tentang almarhum di media sosial. Berbagai bentuk perkabungan tersebut merupakan ekspresi yang wajar saat manusia menghadapi situasi yang tidak mudah. Manusia membutuhkan ruang dan kesempatan untuk mengekspresikan kesedihan serta berbagai perasaan lain yang menyertainya.
Mordekhai mendengar rencanajahat Haman untuk membinasakan orang-orang Yahudi di kerajaan Persia. Sebagai seorang Yahudi, Mordekhai bersedih atas rencana tersebut. Mordekhai pun berkabung. Ester, sepupu Mordekhai yang telah menjadi ratu, diminta oleh Mordekhai untuk menghadap raja untuk memohon belas kasihan atas orang-orang Yahudi. Meskipun Ester adalah seorang ratu, ia tidak dapat sembarangan bertemu dengan raja. Ester pun mengajak Mordekhai dan orang-orang Yahudi di puri Susan untuk berpuasa memohon agar Allah memberikan kekuatan, keberanian, dan hikmat dalam menghadapi situasi yang sangat berbahaya.
Berkabung adalah ekspresi kesedihan. Alkitab memberi ruang bagi umat Tuhan untuk melakukannya. Berkabung bukanlah tanda kurangnya iman kepada kemurahan dan pemeliharaan Tuhan. Untuk mengimbangi kesedihan, umat Tuhan diajak untuk berpuasa agar tersedia ruang yang cukup dalam diri mereka bagi kehadiran Tuhan. [Pdt. Natanael Setiadi]
REFLEKSI:
Berkabung merupakan kesempatan kita untuk menyadari bahwa manusia membutuhkan Tuhan dalam melewati situasi duka.
Ayat Pendukung: Est. 4:1-17; Mzm. 138; Luk. 8:22-25
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.