Kepada-Mu aku melayangkan mataku …. (Mzm. 123:1)
“Harapan itu membuat kita hidup.” Demikian penggalan tulisan Victor Frankl, seorang psikiater dan filsuf yang pernah ditahan di kamp konsentrasi Yahudi. Ia menyadari bahwa di dalam kengerian sekalipun, menjaga harapan dapat membuat seseorang dapat menanggung segala sesuatu. Ia menyaksikan di kamp itu, orang yang dapat bertahan adalah yang memiliki harapan kuat dengan iman percayanya.
Israel yang kembali dari pembuangan Babel menghadapi banyak tantangan. Kampung halaman mereka tak seperti dulu. Kampung halaman yang ditinggalkan 80 tahun itu hancur. Kota mereka harus dibangun kembali, juga kehidupan mereka. Di tengah perjuangan mereka, bangsa-bangsa lain mengolok-olok mereka sebagai pecundang. Maka, Mazmur 123 menjadi doa yang dimadahkan ke jantung Israel untuk menaruh harapan kepada anugerah Tuhan. Israel diajak mengarahkan pandangan kepada Tuhan tanpa henti; memercayai bahwa Tuhan akan meluputkan mereka. Mereka percaya hanya Tuhan yang memberi anugerah. Karena itu, mereka hendak melayangkan mata kepada Tuhan. Gerak mata adalah juga gerak batin. Bukan sekadar melayangkan mata, namun mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan, sumber harapan.
Harapan adalah nafas hidup (Latin: spess). Maka, biarlah kebangkitan Kristus juga membangkitkan harapan yang kita miliki, menambahkan kembali ke jantung kita daya untuk hidup, karena kita percaya kepada-Nya. (Pdt. Budiman)
REFLEKSI:
Apa yang kita harapkan saat kita berharap kepada Kristus?
Ayat Pendukung: Mzm. 123; Ayb. 20:1-11; 2Ptr. 1:16-21
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.