Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. (Kol. 4:2)
Pada Mei 2001, jurnalis Giles Brandeth mewawancarai kepala uskup Afrika Selatan, Desmond Tutu. Itu adalah pengalaman wawancara yang berkesan bagi Brandeth, sebab Tutu mengalami kanker prostat dan ini bisa jadi wawancara terakhir baginya. Lalu, apa isi wawancara itu? Apa tentang situasi politik dan peran Tutu di dalamnya? Tidak. Ini yang dikatakan Tutu, “Jika ini adalah wawancara terakhir buat saya, saya senang jika kita tidak membicarakan politik. Mari kita bicara tentang doa, ibadat, iman, pengharapan, dan pengampunan.” Bagi Tutu, ini adalah hal-hal yang paling penting di dalam hidupnya selama ini (The Age, Mei 2001).
Berdoa, menurut Paulus, adalah tindakan yang aktif. Walaupun kita memohon, tetapi kita memohon dalam ketekunan dan dalam kehidupan iman yang siap sedia untuk menerima kehendak Allah yang paling baik untuk dinyatakan-Nya. Dalam penantian jawaban doa, kita tidak lalai untuk bersyukur, sebab di balik segala permohonan yang kita haturkan kepada-Nya, Allah sudah begitu banyak memberi apa yang baik bagi hidup kita.
Kapan terakhir kali kita berdoa? Jika doa yang kita naikkan kepada Allah menjadi doa terakhir kita selagi kita hidup, apa yang menjadi isi doa kita? Apakah kita tetap siap sedia berjalan dalam anugerah Allah? Apakah kita tetap mampu mengenali berkat Allah yang harus selalu kita syukuri dalam hidup? [Pdt. Essy Eisen]
DOA:
Terima kasih ya, Allah untuk segala berkat-Mu yang nyata dalam hidupku. Bimbinglah aku selalu dengan hikmat-Mu. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 16; Kid. 2:8-15; Kol. 4:2-5
Bahan: Wasiat, renungan keluarga
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.