Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kau sabit habis ladangmu sampai ke tepinya, dan janganlah kau pungut apa yang tertinggal dari penuaianmu. (Imamat 19:9)
Berbagi dalam sebuah kehidupan yang harmonis itu indah. Pepatah Sunda mengatakan: yang panjang tidak perlu dipendekkan dan yang pendek tidak usah dipanjangkan. Mengapa? Sebab masing- masing memiliki fungsi dan bisa saling mengisi. Kelebihan yang satu bisa mengisi kekurangan yang lain lalu membentuk harmoni.
Dalam kehidupan umat Israel di masa lalu, Allah memberikan firman-Nya untuk memberikan nilai hidup bagi mereka. Firman ini menjadi aturan dalam hidup sehari-hari. Saat mereka menuai, mereka diajak untuk tidak mengambil habis hasil tanah mereka. Mereka harus meninggalkan sisa. Untuk apa dan bagi siapa? Meninggalkan sisa itu adalah ungkapan dari sikap hidup berbagi. Mereka berbagi dengan orang miskin dan orang asing yang tidak memiliki lahan. Berbagi untuk orang miskin dan orang asing adalah wujud konkret dari kasih yang diterapkan sebagai kebijaksanaan hidup. Orang Israel diajak untuk hidup bukan hanya bagi diri mereka sendiri. Mereka harus ada untuk orang lain, terutama orang-orang kecil dan lemah.
Saudara, jika hari ini kita memiliki kelebihan dalam hal tertentu, itu berarti Tuhan sedang memakai kita untuk melengkapi mereka yang berkekurangan supaya harmoni tercipta. Walaupun kita memiliki keterbatasan, bukan berarti kita tidak memiliki tempat dan fungsi. Kita semua berharga dan karena itu kita harus menunjukkan kualitas hidup kita dengan cara saling melengkapi dan berbagi, terutama kepada mereka yang kecil dan lemah. [Pdt. Hariman A. Pattianakotta]
REFLEKSI:
Berbagi kepada mereka yang kecil adalah kebajikan. Melaluinya bangunan sosial kehidupan akan semakin kuat dan indah.
Ayat Pendukung: Im. 19:1-18; Mzm. 133; Luk. 10:25-28
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.