Hidup itu 30% adalah realita/fakta dan 70% adalah respon kita atas realita/fakta tersebut. Artinya, yang menentukan hidup kita bukanlah realita yang kita hadapi, melainkan respon kita atas realita tersebut.
Hari ini kita belajar tentang kisah hidup Naomi dan Rut. Realita hidup yang mereka hadapi sungguh tidak mudah. Hal itu tercermin dari ungkapan Naomi: “….sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku” (Rut 1:20).
Puji Tuhan, Rut tidak merespon kepahitan hidupnya dengan sekedar mengeluh, melainkan berusaha memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan mengumpulkan bulir jelai yang tercecer, ketika musim panen tiba (Rut 2:2). Begitulah seharusnya kita merespon realita hidup yang tidak selamanya baik. Bekerjalah, lakukan sesuatu untuk menyelesaikan masalah hidup yang kita hadapi, jangan hanya mengeluh! Janganlah malu melakukan pekerjaan apapun yang halal, karena siapa tahu dari situ Tuhan akan menolong kita.
Namun sebuah respon yang baik kadang bisa dirusak justru oleh belas kasihan yang memanjakan. Semangat kerja bisa kendor karena belas kasihan yang tidak memberdayakan, melainkan memanjakan. Puji Tuhan, belas kasihan Boas bukanlah belas kasihan yang memanjakan. Ia tetap membiarkan Rut bekerja, namun kepada pegawainya ia berpesan untuk secara sengaja menjatuhkan beberapa bulir jelai bagi Rut.
Apa yang Boas lakukan ini mengajarkan kepada kita, untuk tetap berbelas kasihan namun tidak memanjakan. Kita yang diberkati haruslah menjadi berkat buat yang lain. Namun kita harus berhati-hati dengan belasan kasihan kita. Pilihlah bentuk belas kasihan yang tidak merusak melainkan memberdayakan. Ini juga bagian dari respon kita atas realita yang kita hadapi, yakni hadirnya seseorang untuk ditolong.
Semoga kisah Rut dan Boas ini menginspirasi kita! Amin! (RDJ)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.