“Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.” (Luk. 13:30)
Sikap puas diri harus diwaspadai. Sebab, dalam banyak bidang kehidupan, sikap puas diri telah membuat banyak orang menjadi lengah dan akhirnya mengalami kegagalan serta penyesalan. Misalnya, atlet yang berpuas diri menjadi tidak giat lagi berlatih sehingga mengalami kekalahan. Begitu pula ilmuwan yang berhenti membaca dan melakukan penelitian akan mengalami kemunduran. Bagaimana dengan kehidupan rohani?
Yesus mengingatkan orang banyak akan bahaya puas diri. Orang-orang yang merasa puas dengan kehidupan keagamaannya harus siap untuk kecewa karena Tuhan akan mengusir mereka dari hadapan-Nya. Bahkan, meskipun mereka mengklaim memiliki kedekatan dengan Tuhan, dengan mengatakan, “Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami” (Luk. 13:26). Mari kita perhatikan! Ada perbedaan antara “makan dan minum di hadapan-Mu” dengan “makan dan minum bersama-Mu”. Yang pertama mengisyaratkan ada jarak, sedangkan yang kedua menegaskan keintiman. Apa artinya mendengarkan Dia mengajar, tetapi tidak terjadi perubahan apa pun? Sekadar menjadi penonton?
Setiap kita diingatkan untuk tidak berpuas diri dengan menyandang status seorang Kristen. Kita perlu memeriksa siapa Kristus bagi kita? Apakah kita membangun relasi yang intim dengan Dia? Apakah kita mengenal kehendak-Nya dan rela hati melakukan kehendak-Nya? [Pdt. Lindawati Mismanto]
REFLEKSI:
Saat kita dengan rendah hati mengakui betapa miskinnya pengenalan kita akan Dia, saat itulah Ia datang menjumpai kita.
Ayat Pendukung: Mzm. 105:1-42; 2Taw. 20:1-22; Luk. 13:22-31
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.