Antusiaslah!

Antusiaslah!

Belum ada komentar 2084 Views

“Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya”. (Yesaya 40:29).

Survei terhadap 200 pemimpin nasional di Amerika mengatakan bahwa hal yang menjadikan seseorang sukses, 80% adalah antusiasme, semangat yang bergelora. Tentu saja mereka juga punya keahlian dan komitmen. Menurut buku yang berjudul Survival Skill, karya Stan Toler & Glen, kata ‘antusias’ atau ‘enthusiasm’ berasal dari dua kata Yunani, yaitu “en” (di dalam) dan “theos” (Allah). Dengan demikian entheos mengandung arti: Tuhan di dalam seseorang atau seseorang di dalam Tuhan. Seseorang yang ‘enthusiastic’ adalah seperti orang yang memiliki Allah di dalam dirinya. Karena Allah adalah Allah yang Mahakuasa, yang memiliki kekuatan dan energi yang tidak terbatas, maka ketika seorang manusia mengalami enthusiasm, ia akan memiliki gairah dan energi yang luar biasa untuk bekerja dan beraktivitas dengan tenaga yang seperti tidak habis-habisnya. Ia akan tampak berbeda dengan manusia-manusia biasa lainnya, yang tidak entheos. Jadi, kita dapat menemukan ‘enthusiasm’ di dalam Allah.

“Di dalam Allah” memiliki arti “penyerahan diri, dikuasai dan dipimpin oleh Allah”. Kehidupan yang dibangun setiap hari “di dalam Allah” akan menghasilkan bahan bakar kehidupan di dalam hidup kita. Amsal 18:14 berkata: “Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?

Kisah Pelari Maraton: John Stephen Akwari

Inilah sekelumit peristiwa yang terjadi di Mexico City, 42 tahun silam. Saat itu, Meksiko menjadi tuan rumah Olimpiade ke-19, dan John Stephen Akhwari, pria kelahiran tahun 1938 di Mbulu, Tanganyika, Tanzania, membuat catatan penting di sana, yang akan dikenang sepanjang masa.

Saat bendera dikibarkan dan lomba baru dimulai beberapa saat, Akhwari telah terhadang cedera. Pria berkulit legam itu terjatuh, yang menyebabkannya terluka parah. Akhwari mengalami lepas engsel pada sendi lututnya. Sakit? Jangan ditanya. Rasa nyeri bersarang di lututnya. Akibat lukanya, Akhwari mengalami demam hebat. Pihak panitia pun menyarankan agar ia mengundurkan diri dari lomba. Tapi Akhwari malah memutuskan untuk terus berlari dan melanjutkan perlombaan. Sambil mengatasi rasa nyerinya, Akhwari terus berlari hingga mencapai finis.

Setelah usai, Akhwari ditanya oleh wartawan mengapa ia terus berlari. Akhwari menjawab sederhana, “Negaraku tidak mengirim aku sejauh 5000 mil ke Mexico City untuk memulai perlombaan. Mereka mengirim aku untuk menyelesaikannya.”

Akhwari tak ingin me-ngecewakan negara dan seluruh rakyat Tanzania, karena ia berangkat mengikuti Olimpiade tersebut menggunakan uang yang berasal dari rakyat Tanzania. Negaranya tidak mengirimkannya untuk hanya memulai lomba, tapi juga untuk mengakhirinya. Ribuan dollar uang rakyat harus disisihkan untuk memberangkatkan seorang atlet ke Olimpiade. Tak pelak, Akhwari memberikan inspirasi bagi banyak orang. Bukan karena ia meraih emas. Tapi karena dedikasinya menyelesaikan lomba walau dalam keadaan luka parah. Ya, John Stephen Akhwari dapat menanggung penderitaannya akibat cedera, karena semangatnya yang tinggi.

Orang yang kehilangan semangat sehingga disebut semangatnya patah, dapat kita ibaratkan seumpama “sayap-sayap patah” pada seekor burung rajawali yang membuatnya tidak bisa lagi terbang tinggi ke awan. Sadarkah kita bahwa ‘antusiasme’ yang ada di dalam hati kita sangat memengaruhi cara kita memandang sesuatu? Contoh: sebuah gelas yang setengahnya berisi air. Bagi orang yang antusias, dengan melihat gelas seperti itu, ia akan mengatakan bahwa gelas ini baru terisi setengahnya. Namun bagi orang yang tidak antusias, ia akan mengatakan bahwa air dalam gelas ini sudah habis separuhnya.

Kalau saat ini kita sedang menghadapi masalah, bahkan krisis dalam hidup kita, itu bukan berarti bencana yang akan mengakhiri segalanya. Orang yang memiliki semangat hidup di dalam Tuhan, akan melihat masalah atau krisis sebagai suatu opportunity (kesempatan).

Definisi kata “krisis” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: keadaan yang berbahaya; keadaan yang genting; keadaan yang suram. Ada hal menarik yang patut kita pelajari tentang filosofi bangsa China dalam kata “krisis” ini. Bahasa Mandarin untuk krisis adalah: 危机 (wēi jī), yang berasal dari kata 危险 (wēi xiǎn, danger) dan 机 会 (jī huì, chance). Untuk itu setiap 危机, wēi jī (krisis), selalu ada 2 dimensi: pertama 有危 (yǒu wēi, ada bahaya), kedua 有机 (yǒu jī, ada kesempatan). Jadi di dalam setiap krisis, walaupun memang memiliki bahaya, juga mengandung kesempatan untuk menuju pada harapan/kesuksesan.

Tokoh-tokoh Alkitab yang memiliki antusiasme di dalam Tuhan sehingga mengubah cara pandang mereka akan suatu hal adalah:

  1. Yakub (Kej. 32). Ia memiliki semangat untuk pulang ke kampung halamannya dan berdamai dengan kakaknya, Esau, yang pernah ditipu-nya. Tapi kemudian ia ragu. Pada suatu peristiwa, ia bergumul dengan malaikat TUHAN, sehingga kakinya pincang karena pangkal pahanya dipukul oleh malaikat tersebut. Yakub minta supaya TUHAN berkenan memberkati segala upayanya. Tempat itu dinamainya Pniel. Setelah ia yakin bahwa TUHAN memberkati dan menyertainya, semangatnya untuk berdamai kembali dengan Esau berkobar lagi. Ia rela diperlakukan apa saja oleh Esau. Akhirnya mereka berdamai di dalam TUHAN.
  2. Hakim Gideon (Hak. 7-8) yang diminta oleh TUHAN untuk maju berperang melawan tentara bangsa Midian. Atas kehendak TUHAN, Gideon hanya membawa 300 orang pasukan untuk menghadapi paling sedikit 120.000 tentara Midian. Mengapa Gideon berani? Karena ia memiliki antusiasme di dalam TUHAN. Ia yakin bahwa TUHAN menyertainya dan akan selalu menolongnya.
    Akhirnya Gideon dan pasukannya berhasil menang.
  3. Daud. Ketika ia berhadapan satu lawan satu dengan Goliat, tentara Filistin, ia hanya bersenjatakan sebuah umban, semacam ketapel yang diisi batu, sedangkan Goliat bersenjatakan tombak, pedang dan baju pelindung dari besi. Mengapa Daud berani? Karena ia memiliki antusiasme di dalam TUHAN. Daud berkata, “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu” ( 1 Sam. 17:45-46 ). Akhirnya Daud berhasil mengalahkan sang raksasa Goliat.

Antusiasme di dalam diri kita, yang mengubah cara pandang kita terhadap sebuah masalah atau krisis, akan menjadi semakin kuat dan sempurna jika kita selalu mengundang Roh Kudus masuk dalam hidup kita. Melalui kehadiran Roh Kudus, Allah akan terus mengisi penuh “baterai kehidupan” kita seperti sebuah charger. Jika baterai HP kita lemah (low batt), maka tidak lama kemudian HP tersebut tidak akan bisa dipakai, dan harus di-charge. Demikian juga dengan “baterai semangat hidup dan pelayanan kita”. Di dalam bahasa Inggris, Roh Kudus disebut The Holy Spirit. Artinya, Roh Kudus itu datang dan hadir dalam kehidupan kita untuk memberi semangat antusiasme yang selalu baru setiap hari. Roh Kudus ingin memakai kita hari ini untuk memberkati banyak orang di sekitar kita, tetapi pastikanlah bahwa baterei Anda penuh. Tuhan Yesus adalah power-supply kita.

Milikilah cara pandang Tuhan dalam hidup, maka kita akan melihat kehidupan dengan penuh antusiasme. (disampaikan pada Persekutuan Doa Pagi GKI Pondok Indah, 2 Februari 2013).

 

Pdt. Luther Tarlim Samara
melayani di GKI Bintaro.

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...