“Tetapi angguryang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula”‘ (Mrk. 2:22)
Sistem peragian dibutuhkan untuk mengubah buah anggur menjadi minuman anggur (wine). Hasil dari peragian (fermentasi) anggur yang baru bisa mengoyak kantong kulit yang lama. Kondisi ini dipakai oleh Tuhan Yesus sebagai media pengajaran bahwa media tempat tidak selalu dapat menampung ajaran atau pemikiran Ilahi yang transformatif.
Tuhan Yesus menyebut diri-Nya selaku mempelai pria. Sosok Yohanes Pembaptis disebutnya sebagai sahabat dari mempelai laki-laki (Mrk. 2:19). Beberapa orang bertanya mengapa para murid Yesus tidak berpuasa? Ia menjawab bahwa mereka akan berpuasa saat mempelai laki-laki diambil dari antara mereka (Mrk. 2:20). Yang dimaksudkan Kristus adalah mereka akan berpuasa apabila Ia kelak wafat di atas kayu salib. Karena itu, para murid Yesus tidak berpuasa saat masih bersama dengan Dia.
Kematian Kristus sering dianggap sebagai peristiwa yang tragis dan memalukan. Masakan Anak Allah wafat di atas kayu salib yang hina? Salib menjadi batu sandungan. Padahal, melalui salib, Kristus menjadikan manusia sebagai mempelai perempuan. Hubungan Kristus dengan umat percaya adalah mempelai Allah. Rahasia Ilahi ini hanya dapat diterima oleh kantong yang sudah dibarui. Tanpa perubahan “media tempat” (mindset) anggur yang baru itu akan mengoyakkan kantong yang lama. Pemikiran/ide yang cemerlang sering diabaikan karena kapasitas otak kita telah usang. [Pdt. Yohanes Bambang Mulyono]
DOA:
Ya Roh Kudus, perbaruilah kapasitas mental kami sehingga dapat menampung dan mengolah kebenaran-Mu yang membebaskan. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 23; Yes. 24:17-23; Mrk. 2:18-22
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.