Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah. (Gal. 4:7)
Dalam masyarakat Romawi yang menjadi konteks umat di Galatia, seorang anak diakui sebagai seorang dewasa dalam sebuah festival yang dikenal dengan nama Liberalia (diselenggarakan pada tanggal 17 Maret setiap tahunnya). Dalam festival tersebut seorang anak akan secara formal diterima oleh ayahnya sebagai anak dan ahli warisnya. Ia kemudian menerima jubah virilis untuk menggantikan jubah praetexta yang selama ini dikenakannya. Selanjutnya, anak laki- laki menyerahkan bolanya dan anak perempuan menyerahkan bonekanya kepada dewa Apolo sebagai tanda bahwa ia bersedia meninggalkan semua sifat kekanak-kanakannya.
Tradisi inilah yang melatar-belakangi nasihat Rasul Paulus kepada umat percaya di Galatia. Mereka diminta meninggalkan roh-roh dunia yang telah memperhamba mereka. Sebab, mereka kini telah diangkat menjadi anak-anak Allah dan dengan demikian berhak untuk menjadi ahli waris-Nya.
Yang menjadi masalah adalah banyak orang yang sekalipun secara usia sudah dewasa, tetapi tingkah lakunya masih seperti anak kecil. Mereka tidak bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk; hanya memperhatikan dirinya sendiri dan tidak bisa memedulikan orang lain; tidak mandiri dan hanya ikut-ikutan saja; dan berbagai macam tingkah laku kekanak-kanakan lainnya. Akan tetapi, penting sekali untuk selalu mengingat bahwa status kita adalah anak-anak Allah yang sudah akil balik, bukan lagi anak kecil. [Pdt. Paulus Sugeng Widjaja, MAPS, Ph.D.]
DOA:
Ya Tuhan Sang Bapa, terima kasih Engkau menerima kami menjadi anak-Mu. Tolong kami untuk hidup sebagai orang dewasa. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 80:2-8, 18-20; 2Sam. 7:18-22; Gal. 4:1-7
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.