Tetapi Musa berkata di hadapan TUHAN: “Bukankah aku ini seorang yang tidak petah Lidahnya, bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku?” Adapun Musa deLapan puLuh tahun umurnya dan Harun deLapan puLuh tiga tahun, ketika mereka berbicara kepada Firaun. (KeL 6:29 & 7:7)
Ketika Musa dipanggil oleh Allah untuk menghadap Firaun, ia memiliki dua kelemahan besar, yaitu: (1) ia tidak petah lidah. Tidak petah lidah artinya tidak fasih berbicara. Bisa dibayangkan bagaimana seorang yang tidak fasih bicara mesti berbicara dengan orang yang sangat berkuasa di Mesir? (2) Ia sudah uzur (80 tahun). Usia 80 tahun bukanlah usia produktif, bukan pula usia yang energik. Ia memang tidak sendirian. Allah juga mengutus Harun, kakaknya, bersamanya. Namun, ya ampun, yang dipilih untuk mendampinginya justru lebih tua dari dirinya.
Kebimbangan Musa sesungguhnya tidaklah mengada- ada. Namun, Allah tak pernah salah. Ketika Ia memilih, Ia juga akan memperlengkapi dan memampukan. Kita tahu, Musa dimampukan memimpin umat Israel selama 40 tahun dengan tingkat kesulitan yang luar biasa beratnya.
Bila kita juga diminta untuk ikut serta melayani- Nya, apakah kita juga akan menolaknya? Apakah soal kelemahan dan ketidakmampuan juga menjadi alasan kita? Bila hal itu yang terjadi, kita diajak untuk belajar dari Musa, khususnya dua hal, yaitu: (1) Allah tidak pernah salah ketika memilih dan memanggil kita. (2) Jangan berfokus pada kelemahan kita, melainkan percayalah pada kuasa Allah yang mampu memperlengkapi dan memampukan kita untuk melaksanakan tugas panggilan-Nya. [Pdt. Mungki A. Sasmita]
DOA:
Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau berkenan memakai kami. Ajarkan kami untuk senantiasa menyambut panggilan-Mu dengan penuh sukacita. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 100; Kel. 4:27-31; Kis. 7:35-43
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.