Alangkah seringnya sebuah relasi gagal, karena banyak orang bersikukuh pada harapannya sendiri atas pasangannya. Alih-alih berusaha berjumpa dengan pasangannya seperti apa adanya, banyak orang memandang pasangannya menurut tolok ukurnya sendiri. Akibatnya mereka menelan kekecewaan demi kekecewaan yang berujung pada gagalnya relasi mereka itu. Dan yang lebih parah lagi adalah bahwa mereka kehilangan kesempatan untuk menggapai banyak mutiara berharga yang dimiliki pasangannya, hanya karena mereka tidak bersedia untuk melihatnya.
Relasi banyak orang dengan Tuhan pun tidak jarang mengalami nasib yang sama. Dalam bacaan kita, orang Yahudi dan orang Samaria yang terperangkap dalam sudut pandangnya masing-masing terhadap Tuhan, menghasilkan dua cara berbeda dalam memercayai Allah dan dua pusat ibadah kepada-Nya. Mereka lupa bahwa Allah tak dapat diikat pada “tempat”, entah itu Gerisim atau Sion. Dan pasti Allah tidak mungkin dipikat hanya dengan “cara” beribadah tertentu.
Mari dalam Minggu Pra-Paska yang pertama ini, kita mengarahkan segenap diri kita kepada Allah yang adalah Roh. Menyembah-Nya hanya dapat kita lakukan dalam roh dan kebenaran. Roh dan kebenaran-Nya, bukan roh dan kebenaran kita sendiri-sendiri.
Hanya dalam perjumpaan dengan sang Kristus yang menderita, mati dan bangkit, kita akan mengenal roh dan kebenaran-Nya.
PWS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.