Di dalam bacaan Injil minggu ini, terdapat dua ayat yang menjadi menarik jika dibaca secara bersama, yaitu ayat 14 dan 18. Ayat 14 menampilkan inti inkarnasi, yaitu bahwa Sang Firman menjadi manusia. Karena inkarnasi ini, kita memperoleh rahmat untuk menikmati keberdiaman-Nya di antara kita dan karena itu kita dapat melihat kemuliaan Allah melalui-Nya. Singkatnya, ayat 14 ini menunjukkan karya Allah di dalam Sang Firman, yang adalah Anak Tunggal Bapa, untuk menyahabati kita. Sementara itu, ayat 18 menampilkan relasi karib Sang Firman atau Sang Anak dengan Sang Bapa. Persahabatan ilahi yang kekal itu digambarkan dengan sangat indah, yaitu bahwa Ia adalah Anak Tunggal Allah yang duduk di pangkuan Sang Bapa. Kekariban kedua pribadi ilahi ini berlangsung di dalam kekekalan. Karena itu, kita tak mungkin melihat kemuliaan Sang Bapa; hanya Sang Anak atau Sang Firman yang melihat dan berbagi kemuliaan ilahi tersebut.
Indah sekali bukan. Di dalam, kedua ayat ini, kata “melihat” sama-sama muncul. Kata “Anak Tunggal” juga muncul. Tampaknya, memang, penulis Injil Yohanes ingin menampilkan kedua ayat ini secara paralel, yang kemudian berujung pada sebuah kesaksian, bahwa Sang Firman atau Sang Anak adalah Ia yang paling karib dengan Sang Bapa, sekaligus Ia adalah Allah yang mengkaribkan Diri-Nya pada manusia. Di dalam Dia, Allah dan manusia berjumpa. Di dalam Dia kita menemukan Allah-Manusia. Di dalam Dia, kemuliaan Allah yang tertutup bagi ciptaan, kini tersibak dan kita diizinkan mengalaminya melalui relasi persahabatan dengan Sang Firman. Amin. (JA)
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.