Ada masa dalam hidup seseorang untuk mencari identitas dirinya. Siapakah saya? Pertanyaan ini perlu dijawab agar kita dapat mewarnai kehidupan kita dengan identitas yang benar. Pada saat kita menjawab bahwa kita ini adalah anak Allah, maka dalam identitas itu memuat banyak aspek yang perlu terwujud dalam sikap dan cara hidup kita.
Ini adalah minggu pertama setelah natal, dan kita membaca Yesus telah bertumbuh makin besar. Pada bacaan kita mengisahkan kehidupan Yesus di usia 12 tahun (ayat 41). Yang menarik adalah jawaban Yesus pada saat Maria menemukan setelah menghilang selama 3 hari, “Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Jawaban ini tidak mudah dimengerti Maria dan Yusuf, tetapi jawaban ini lahir dari sebuah pengenalan akan identitas diri. Di usia 12 tahun, Yesus mampu merespon bahwa Bait Allah adalah rumah Bapa-Ku. Ia telah mengenal siapa diri-Nya, siapa bapa-Nya dan misi hidup-Nya. Ia mengenal identitasnya dengan baik dan itu mewarnai sikap hidup-Nya
Nah bagaimana dengan kita? Apakah identitas sebagai anak Allah yang selama ini kita gembar gemborkan diiringi dengan sikap mengabdi kepada kehendak Bapa? Apakah apa yang telah kita lakukan dan katakan telah mampu mencerminkan identitas seorang anak Allah? Kemanakah kita mengarahkan kehidupan kita selama ini, untuk kehendak Sang Bapa atau diri sendiri? Kiranya kesadaran dan kemauan dipimpin dalam kuasa Roh Kudus terus membuat kita berjuang untuk menghidupi identitas kita sebagai anak Allah di tengah dunia ini dengan sikap hidup yang mempermuliakan nama Allah.
dva
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.