Tentang Kesetiaan

Tentang Kesetiaan

Belum ada komentar 1149 Views

Tentang kesetiaan, Henri J.M. Nouwen suatu kali menulis: Ketika Allah membuat sebuah perjanjian (covenant) dengan kita, Allah berkata, “Aku akan mencintaimu dengan sebuah kasih yang tak berkesudahan. Aku akan setia kepadamu, bahkan ketika engkau lari dari-Ku, menolak-Ku, atau mengkhianati-Ku.”

Di dalam masyarakat kita, tak sering kita berbicara mengenai perjanjian; kita lebih kerap berbicara mengenai kontrak (contract). Ketika kita membuat sebuah kontrak dengan orang lain, kita berkata, “Aku akan melakukan bagianku sepanjang engkau melakukan bagianmu. Jika engkau tidak memenuhi janji-janjimu, aku juga tidak akan memenuhi janji-janjiku.” Kontrak kerap kali terputus karena mitra-mitra yang tak mau atau tak mampu setia pada ketentuan yang ditetapkan. Namun Allah tidak membuat sebuah kontrak dengan kita; Allah membuat sebuah perjanjian dengan kita, dan Allah mau agar relasi-relasi satu dengan yang lain mencerminkan perjanjian tersebut. Itulah sebabnya mengapa perkawinan, persahabatan, dan kehidupan komunitas semuanya menjadi cara bagi kita untuk mempersaksikan kesetiaan Allah di dalam kehidupan bersama kita.

Paulus kerap memakai metafora pertandingan lari untuk menegaskan pentingnya seorang Kristen setia di dalam kehidupannya, sampai mencapai garis akhir. Di dalam 2 Timotius 4:7, ia berkata, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.” Juga di dalam 1 Korintus 9:24, “Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!”

Memang, metafora pertandingan lari yang dibayangkan oleh Paulus adalah sebuah pertandingan lari dengan satu orang pemenang. Ada dua catatan kritis saya terhadap metafora ini. Yang pertama, gambaran pertandingan lari ini terlampau individualistis. Paulus membayangkan bahwa orang per orang perlu memenangi pertandingan yang diikutinya. Kedua, metafora ini mengandaikan ada yang kalah dan ada yang menang; kita menang jika kita mengalahkan yang lain. Tentu saja, di luar kedua catatan kritis ini, kita dapat menangkap maksud utama Paulus: berjuanglah dengan setia sampai titik akhir hidupmu!

Kita dapat saja mempertahankan maksud utama Paulus ini, dengan memakai metafora yang sedikit berbeda. Untuk itu, ingatlah pertandingan Triatlon yang diikuti oleh ayah dan anak, Dick dan Rick Hoyt. Rick adalah seorang anak muda yang hidup dengan Cerebral Palsy yang melumpuhkan tubuhnya. Namun karena kasih sayangnya, sang ayah selalu membawa anaknya itu mengikuti lomba Triatlon. Mereka tentu tidak akan memenangi perlombaan mana pun karena kendala fisik yang harus mereka hadapi. Namun mereka selalu menang dari suara-suara pesimis yang berkata, “Ah, mereka pasti tidak akan sampai ke garis akhir!”

Relasi ayah dan anak itu jauh melewati relasi kontrak antara dua pribadi. Sebaliknya, relasi Dick dan Rick adalah relasi perjanjian cinta-kasih, yang mencerminkan perjanjian kasih Alllah dengan manusia.

Ilustrasi ini, saya percaya, mampu memberi sudut-pandang yang berbeda dari metafora Paulus. Mencapai garis akhir tidak harus berarti mengalahkan orang lain. Mencapai garis akhir juga tidak kita nikmati seorang diri, namun selalu di dalam komunitas dengan sesama. Kesetiaan Dick dan Rick Hoyt sesungguhnya mencerminkan kesetiaan semacam itu, kesetiaan yang mengilustrasikan kesetiaan Allah di dalam perjanjian abadi-Nya dengan manusia, Anda dan saya. Tak soal apakah kita menang atas orang lain, sejauh kita menang atas diri kita sendiri, karena bersama dengan para sahabat dan kekasih, kita mencapai garis akhir bersama-sama.

Pdt. Joas Adiprasetya

Komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.

Arsip kategori Renungan
  • Allah hadir bagi kita
    Biarkanlah, biarkanlah itu datang, ya Tuhan. Kami berdoa pada-Mu, biarkanlah hujan berkat turun. Kami menanti, kami menanti. Oh hidupkanlah...
  • MENCINTA DENGAN SEDERHANA
    Aku Ingin Aku ingin mencintaimu ciengan sederhana: dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu...
  • SULUNG DALAM PALUNGAN
    Persekutuan Perempuan Jumat, 9 Desember yang lalu, temanya adalah “Cinta dalam Kesederhanaan”. Saya jadi ingat puisi Sapardi Djoko Damono,...
  • MELAYANI ITU INDAH
    Ketika kita berbicara tentang “melayani” maka hal ini sangat dekat dengan kehidupan Kristiani. Melayani (Yunani: diakoneo artinya to be...