And Mary said, “My soul magnifies the Lord, and my spirit has exalted in God, my Savior, because he looked graciously on the humble estate of his servant. For–look you–from now on all generations shall call me blessed, for the Mighty One has done great things for me and his name is holy. His mercy is from generation to generation to those who fear him. He demonstrates hearts. He casts down the mighty from their seats of power. He exalts the humble. He fills those who are hungry with good things and he sends away empty those who are rich. He has helped Israel, his son, in that he has remembered his mercy–as he said to our fathers that he would–to Abraham and to his descendants forever. (Luke 1:46-56)
MEMAHAMI PESAN DARI MAGNIFIKAT MARIA
Dari Lukas 1:46-56 kita akhirnya memiliki sebuah himne Gereja: the magnificat. Himne yang setara dengan Nyanyian Pujian Hana dalam Perjanjian lama di 1 Sam 2:1-10, seringkali digunakan sebagai dasar dari musik paduan suara dan himne-himne. Ada yang mengatakan bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, namun menurut Stanley Jones, magnifikat adalah dokumen yang paling revolusioner sedunia. Menurut Barclay, ada 3 revolusi Allah:
1. Revolusi Moral
Kekristenan adalah kematian dari kesombongan. Seorang Kristen agaknya perlu menyadari bahwa ia bukanlah pusat dari segalanya. Walaupun demikian setiap manusia perlu melihat siapa dirinya. Dan untuk itulah Yesus datang. Kristus memampukan seseorang untuk melihat dirinya sendiri dan menyadari keberdosaannya sehingga ia berbalik dengan melakukan sebuah revolusi moral.
Maria menyadari bahwa dirinya rendah. Tetapi Allah melihat dia yang rendah atau melihat kerendahan hambanya. Ini adalah kematian terhadap keangkuhan manusia dan dimulainya revolusi moral. Dan itu semua dilakukan dengan pertolongan Allah, dikatakan bahwa Allah menceraiberaikan orang yang congkak hatinya (He scatters the proud in the plans of their head), bukan Maria tetapi Allah. Dengan kata lain atau dalam bahasa lain berarti Allahlah yang membubarkan atau membatalkan pikiran dan rencana-rencana orang-orang yang sombong. Karena rencana orang congkak adalah menekan orang lemah dan meninggikan diri, bahkan juga secara rohani. Namun Allah melakukan hal lain. Ia menggagalkan rencana orang congkak dengan membuat rencana yang menakjubkan sehingga mereka tidak dapat menyombongkan diri mereka lagi.
Apakah kita juga merasakan seperti yang dirasakan oleh Maria? Bahwa di tangan Allahlah rancangan yang baik. Sedangkan kita adalah para pelaku yang dituntun untuk melakukan rancangan Allah yang baik itu, tentu saja dengan cara yang baik dan sesuai kehendak Allah.
2. Revolusi Sosial
He casts down the mighty–he exalts the humble (ayat 52). Ini adalah sebuah revolusi sosial. Revolusi sosial terjadi saat seorang Kristen meletakkan martabat dunia sebagai urutan kesekian dalam hidupnya dan bukan prioritas pertama. Itu dapat terjadi saat kita menyadari bahwa Kristus datang untuk semua orang. Ia yang tidak memikirkan martabat-Nya, melainkan memberikan diri-Nya untuk kita, saat itulah kita menyadari bahwa Dialah yang utama bagi kita.
Dalam Magnifikat Maria, Allah juga rupanya digambarkan sebagai orang yang tertindas, miskin dan hina. Sehingga saat Maria sampai ke rumah Elisabeth dan melihat Salam dari Elisabeth, ia diyakinkan bahwa langkah iman yang diambilnya, akan membawa pengaruh yang sangat besar bagi generasinya yang akan datang. Sebuah perubahan sosial sedang dan akan terjadi, saat Allah menyatukan dirinya dengan status orang-orang yang tertindas, miskin dan hina.
Revolusi sosial juga dapat kita lanjutkan dengan cara memberikan kesempatan kepada Allah untuk menggugah hati kita. Hati yang cenderung ditaklukkan oleh martabat dan kacamata dunia, kita diajak untuk melihat dengan kacamata Allah. Kacamata Allah yang hadir di dalam diri orang miskin, tertindas dan hina. Karena itu kita dipanggil untuk memperhatikan mereka seperti memperhatikan Allah.
3. Revolusi Ekonomi
Maria mengatakan, “Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa”. Terjemahan lainnya, He fills those who are hungry… those who are rich… he sends away empty”. Ini adalah revolusi ekonomi. Kebiasaan orang-orang non-Kristen adalah mengumpulkan harta benda sebanyak yang mereka bisa dapatkan. Namun bedanya dengan masyarakat Kristen, menurut Barclay, kekristenan tampak saat masyarakatnya berani mendapat banyak, guna meneruskannya kepada yang lain.
Magnifikat Maria sungguh mengagumkan, namun lebih dari itu Magnifikat Maria seperti dinamit. Sebab revolusi seyogyanya terjadi atas orang-orang yang membaca dan menghayatinya. Sehingga perubahan besar juga dapat terjadi di dunia ini melalui orang-orang percaya yang telah digugah oleh pengalaman Maria. Pengalaman Maria merupakan titik awal bagaimana Tuhan melanjutkan karya revolusinya itu di dalam dunia ini dari generasi ke generasi dan di segala penjuru tempat.
Pertanyaannya, akankah itu terjadi dalam kehidupan kita?
Maria menjawab dalam Magnifikatnya, “He has shown strength with his arm…”. Dalam LAI, “Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya..” Kuasa Tangan Allah-lah yang rupanya menjadi andalan Maria. Di dalam Perjanjian Lama, untuk menggambarkan kekuatan dan kuasa dalam Keluaran 6:6, Allah menunjukkan diri-Nya dengan cara membebaskan umat dari perbudakan. Sedangkan dalam Yesaya 51:5, Allah juga menunjukkan kuasa tangan-Nya dengan membebaskan Israel dari penjajahan bangsa lain. Dalam hal ini Maria juga menggambarkan kekuatan tangan Allah yang berkuasa atas dosa orang-orang congkak dengan cara merendahkan orang-orang yang kuat (powerful). Sebaliknya, kuasa Allah ditunjukkan dengan belas kasihan-Nya atas milik-Nya sendiri. Tenses dari kata kerja yang digunakan dalam kalimat ini mengindikasikan bahwa Maria sedang menubuatkan masa depan. Ia memang belum secara jelas dan tuntas mengalaminya, namun ia seakan meyakini bahwa itu akan dan sedang terjadi.
Itu berarti dalam kehidupan kita, saat kita memegang nubuatan Maria, kita sekaligus meyakini bahwa tangan Tuhan juga dapat bekerja atas kita. Ia akan memampukan kita melakukan revolusi moral, revolusi sosial dan revolusi ekonomi.
HAK ISTIMEWA
Ketika Maria mengatakan bahwa sejak kini semua generasi akan menyebutnya berbahagia, apakah berarti Maria telah menunjukkan kesombongan atau kecongkakan hati? Tidak, sesungguhnya Maria sedang menyadari dan menerima anugerah Tuhan yang diberikan kepadanya. Jika Maria menyangkal hak istimewanya itu, maka ia sesungguhnya juga telah menolak berkat Allah dan mengembalikannya kepada Allah.
Dalam life application Bible commentary, proud atau kecongkakan adalah sikap menolak untuk menerima anugerah Allah atau seakan membuat Allah yang justru berhutang kepada kita. Dengan demikian, jika Maria tidak memuji Allah maka sesungguhnya ia sedang menolak anugerah Allah. Sebab seorang yang rendah hati, menerima pemberian Allah dan menggunakannya untuk memuji dan melayani Tuhan. Magnifikat adalah bukti kerendahan hati Maria.
Selain itu, nyanyian Maria sekaligus mematahkan sterotipe bahwa seorang perempuan dan seorang muda, terlalu naif karena tidak memahami keadaan politik yang ada di sekitarnya. Sebaliknya, dalam hal ini Maria sedang menyuarakan kenabian yang telah ada di Perjanjian Lama, khususnya mengenai tema-tema pembebasan, keadilan dan penebusan. Maria adalah seorang revolusioner di zamannya, dan mungkin juga di zaman ini. Dia menunjukkan visi Allah yang luas dan tujuan agung Allah, sekaligus isi hati Allah terhadap masyarakat yang ditindas. Nyanyian ini memiliki pesan yang kuat di tengah dunia yang berdosa dan di tengah opini Israel mengenai raja pembebas yang mereka nanti-nantikan.
Betapa istimewanya hak yang diterima oleh Maria. Hak istimewa juga diberikan Tuhan kepada kita, orang percaya. Hari Natal mengingatkan kita bahwa kita bukanlah penderita atau pelengkap dari Natal tetapi pelaku-pelaku yang meneruskan pesan Natal bagi dunia. Lakukan revolusi moral, revolusi sosial dan revolusi ekonomi di manapun kita berada.
Pdt. Riani Josaphine
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.