Setelah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira. (Luk. 15:5)
Hatori Toujuuro pernah mengatakan, “Ketika manusia merasa dirinya yang paling benar, manusia bisa menjadi sangat kejam”. Merasa diri paling benar membuat kita buta untuk melihat kelemahan diri. Kondisi ini membuat kita begitu mudah dan cepatnya untuk menunjuk jari dan menuduh orang lain sebagai pendosa daripada mengakui kesalahan diri sendiri atau melakukan pertobatan. Ini adalah sebuah bentuk kekejaman terhadap sesama. Sikap seperti inilah yang diperlihatkan oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam teks Lukas 15:1-7.
Perumpamaan Yesus mengenai gembala yang mencari satu ekor domba yang hilang memperlihatkan pentingnya mencari dan membawa mereka yang terhilang karena dosa dan bukan menghakimi dan mengucilkannya. Yesus memperlihatkan belas kasih Allah kepada mereka yang jatuh dalam dosa, mengakui kesalahan, dan mau kembali kepada Allah. Allah adalah Allah yang mencari, merangkul, memberi pengampunan, dan kesempatan baru untuk pembaruan hidup.
Pesan perumpamaan ini hendaknya menyentuh hati kita. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak pernah berbuat kesalahan. Tetapi kita adalah orang berdosa yang dikasihi Allah. Oleh sebab itu, mari kita menjadi gembala bagi sesama. Kita dipanggil untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang mencari dan menyelamatkan yang hilang, bukan untuk menghakimi atau mengucilkan mereka. [Pdt. Jotje Hanri Karuh]
REFLEKSI:
Kesalahan terbesar manusia adalah ketika ia merasa dirinya paling benar.
Ayat Pendukung: 2 Sam. 9:1-13; Mzm. 61; Luk. 15:1-7
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.