Perbedaan itu adalah keniscayaan yang memang sudah ada sejak dulu, tetapi sayangnya perbedaan ini pula yang mungkin membuat keadaan masih terkotak-kotak dengan mengatasnamakan perbedaan itu sendiri.
Hal ini tampak jelas terjadi di kalangan orang Yahudi yang membedakan antara kita dengan mereka.
- Kita yang diselamatkan dengan mereka yang tidak diselamatkan
- Kita yang diberkati dengan mereka yang tidak diberkati
- Kita yang terpilih dengan mereka yang tidak dipilih, dan lain-lain
Akibatnya, muncul pengkotak-kotakan dalam masyarakat Yahudi bahkan tembok-tembok pemisah diantara mereka dibangun tinggi sekali. Masalahnya, apakah di jaman sekarang dan di gereja sudah tidak ada lagi? Tentu dengan cepat kita akan menjawab masih ada dan masih kuat.
Idealisme iman kita menyatakan bahwa salib Kristus sudah menghancurkan tembok-tembok pemisah itu, sehingga seharusnya memang sudah menghapus perbedaan-perbedaan yang ada, baik secara sosial, rasial maupun seksual (Galatia 3:28), karena salib Kristus adalah harga mahal yang sudah dibayar-Nya untuk kembali menciptakan kesatuan dan persatuan umat manusia secara universal sebagai keluarga Allah (Efesus 2:14).
Namun di sisi lain, secara faktual hal ini masih merupakan pekerjaan rumah yang harus terus dikerjakan karena Allah senantiasa mengajak kita hidup dalam damai dengan siapapun melalui perbedaan-perbedaan yang ada. Inklusivitas GKI pun masih menjadi sebuah pekerjaan rumah yang perlu terus menerus diingatkan dan dilakukan agar salib-Nya tidak sia-sia.
Tolonglah ya Roh Kudus agar gereja-Mu dan umat-Mu makin dimampukan mewujudnyatakan kesatuan dan persekutuan itu. Amin.
AS
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.