Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan … segala sesuatu diciptakan melalui Dia dan untuk Dia. (Kol. 1:16)
“Kalau di gereja baiknya luar biasa. Malaikat saja kalah baiknya dibandingkan dia. Tetapi kalau di luar gereja, jahatnya minta ampun, setan aja kalah jahat sama dia.” Ini adalah pernyataan yang mengungkapkan kekesalan dan kekecewaan. Mengapa sikap seperti itu bisa terjadi? Salah satunya karena seseorang memisahkan sikap hidup ketika berada di gereja dan aktifitas keseharian di luar gereja. Apakah memang tidak ada keterkaitan di antara keduanya?
Paulus menyatakan kepada jemaat Kolose bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Allah dan untuk Allah. Pernyataan ini untuk melawan pandangan saat itu yang memisahkan kehidupan rohani dan kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan semacam itu, dunia ini dianggap jahat sehingga Allah tidak mengurusi perkara duniawi atau perkara sekuler. Allah hanya peduli pada urusan rohani. Hidup kudus hanya di gereja, sedangkan di luar gereja tidak demikian. Paulus menentang pandangan ini. Bagi Paulus, Yesus adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu dan segala sesuatu itu untuk Dia. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan antara hidup rohani dan sekuler. Keduanya harus menjadi sarana bagi kita untuk memuliakan Allah.
Mari kita menjaga kekudusan hidup kita ketika berada di gereja dan aktifitas keseharian lewat profesi yang kita tekuni. Dengan demikian, kita dapat mempersembahkan diri kita seutuhnya sebagai persembahan yang kudus dan berkenan kepada Allah. [Pdt. Jotje Hanri Karuh]
REFLEKSI:
Hidup dalam Tuhan tidak ada pemisahan antara hidup di lingkungan gereja dan di lingkungan sekuler. Keduanya harus menjadi satu kesatuan yang utuh.
Ayat Pendukung:
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
1 Comment
Manusun S
Juli 18, 2024 - 12:14 pmSaya setuju. Karena Liturgi kehidupan tidak dapat dipasahkan dengan Liturgi ritual.Kedunya satu kesatuan.Terima kasih