Tetapi Kristus setia sebagai Anak yang bertanggung jawab atas rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita berpegang teguh pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan. (Ibr.3:6)
Kalau kita setia dalam perkara kecil, maka kita sedang memantaskan diri untuk mendapatkan kepercayaan yang lebih besar. Namun, jikalau kita tidak setia dalam perkara kecil, bagaimana mungkin kita dapat setia dalam perkara yang lebih besar? Tidak mungkin! Maka, belajar setia adalah hal besar dalam hidup.
Kitab Ibrani sendiri menempatkan perihal kesetiaan itu sebagai tanda dan bukti dari orang-orang percaya yang disebut sebagai rumah Kristus. Kristus adalah kepala dari rumah-Nya itu, dan sama seperti Kristus yang begitu setia kepada Bapa yang mengutus-Nya, maka orang-orang percaya pun harus berlaku setia. Orang percaya setia karena mereka percaya. Mereka yakin sungguh dan mengikuti apa yang diajarkan dan diteladankan Kristus. Mereka setia karena mereka memegang janji dan dituntun oleh pengharapan. Kesetiaan itu mereka hayati dan hidupi sebagai kebanggaan iman kepada Yesus Kristus yang adalah Rasul dan Imam Besar, yang telah membawa mereka keluar dari perbudakan dosa.
Orang-orang percaya yang hidup di masa kini yang disebut sebagai gereja adalah milik Kristus. Maka, pertaruhan terbesar bagi kita sekarang adalah bagaimana hidup setia di tengah tantangan ketidaksetiaan, sehingga orang dapat melihat bukti bahwa memang gereja itu milik Kristus. Belajar setia juga akan memantaskan diri kita untuk mendapatkan kepercayaan dan amanat yang lebih besar. [Pdt. Hariman Pattianakotta]
REFLEKSI:
Kristus setia kepada Bapa yang mengutus-Nya. Kasih-Nya besar kepada manusia. Kita yang telah dimerdekakan dari perbudakan dosa, dapat menunjukkan kesetiaan menjadi murid Kristus.
Ayat Pendukung: Kel. 15:22-27; Mzm. 107:1-16; Ibr. 3:1-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.