Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Sesungguhnya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. (Mzm. 107: 1)
Tuhan memang sungguh sangat baik. Cinta-Nya dialami oleh semua orang. Bahkan, oleh seorang penjahat seperti Paulus. Kisahnya sudah sering kita dengar, baca, dikhotbahkan. Dia yang adalah seorang penjahat, diubah Tuhan menjadi pembangun jemaat. Paulus mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan dan sesama.
Jauh sebelum Paulus, pemazmur juga melihat dan mengalami kasih Tuhan yang mengubahkan dan menyelamatkan. Orang- orang yang patut binasa, tidak dibiarkan Tuhan mati sia-sia. Mereka disentuh dan diubah Tuhan. Karena itu, pemazmur berseru: “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik.” Bersyukur tentu tidak hanya terjadi saat hidup manusia sedang baik-baik saja. Bersyukur harus dilakukan dalam segala situasi. Bersyukur membuat hati ikhlas menerima berbagai kondisi. Bersyukur akan membangkitkan harapan dan membuat hidup diliputi rasa bahagia. Apalagi ketika manusia tahu dengan pasti dan yakin sepenuhnya bahwa untuk selama-lamanya kasih setia- Nya. Pemazmur meyakini hal itu dengan sungguh.
Kita yang sudah mengalami kasih Tuhan yang mengubah dan menyelamatkan, seharusnya mampu memuji Tuhan seperti pemazmur. Bahkan, kita hendaknya menjadi seperti Paulus, yakni memberikan diri melayani sesama dan membangun kehidupan jemaat. Paulus memakai ilmu dan pengalamannya untuk bersaksi. Kita pun dapat memakai ilmu dan pengalaman kita untuk menjadi berguna bagi Tuhan dan sesama. [Pdt. Hariman Pattianakotta]
REFLEKSI:
Kita mengalami kasih Tuhan setiap hari serta menimbulkan sukacita dan syukur yang meluap dalam hidup kita. Nyatakanlah syukur itu dengan menjadi berkat.
Ayat Pendukung: Bil. 20:22-29; Mzm. 107:1-3, 17-22; Yoh. 3:1-13
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Komentar Anda
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom dengan tanda (**) wajib diisi.