Jembatan Situ Gunung yang terkenal di Sukabumi, membentang jauh dan panjang. Berada di titik awal untuk menyebrang, di kedua mata ini sulit melihat ujungnya. Muncul pertanyaan, “Apakah aman untuk menyebranginya?” Padahal disaat yang sama kedua mata ini melihat ada banyak tukang yang menyebrangi jembatan dengan memikul kayu, seorang bahkan bisa membawa lebih dari satu kayu, tanpa pengaman dan hanya berjalan. Kekuatiran itu tetap ada. Kuatir, pengalaman akan ketinggian bahkan ketidakpastian menjadi alasan yang cukup untuk mematikan keberanian yang tersisa dan tidak mencoba sama sekali. Jika itu terjadi maka ia tidak pernah tahu apakah ia bisa melewatinya atau tidak, ia tidak tahu bagaimana angin sejuk dan pemandangan yang indah semakin nikmat jika dilihat dari jembaran, dan ia tidak tahu apa yang menunggunya di ujung sana.
Berani mencoba menjadi salah satu teladan Simon. Ia dengan berani mencoba melakukan apa yang dikatakan Yesus. Berbekal dengan pengetahuannya akan Yesus yang di dengarnya -karena saat itu Simon belum menjadi murid Yesus- dan kemampuannya untuk menangkap ikan sebagai nelayan, ia pergi dan menjala ikan lagi. Padahal semalam-malaman ia sudah gagal menangkap ikan di tempat yang sama. Namun dengan bekal yang ia miliki keberanian. Mungkin dimata orang lain apa yang dilakukan Simon adalah tindakan sia-sia, tetapi nampaknya apa yang dilihat orang lain sebagai kesia-sian bukanlah alasan bagi Simon untuk tidak mencoba apa yang ia yakini. Keberaniannya membuahkan hasil, pengetahuan akan Yesus berubah menjadi keyakinan, dan ia diutus dari perkara sederhana yakni menangkap ikan, ke dalam misi besar menjadi penjala manusia.
Apa yang dilakukan Simon adalah tindakan berani menoba. Hal ini berbeda dengan coba-coba. Coba-coba ialah tindakan yang cenderung dilakukan asal-asalan, tetapi Simon berbeda ia punya dasar yang kuat untuk mencoba yakni pengetahuan akan Yesus dan kemapuannya. Hal ini memunculkan keberanian dalam Simon. Saudara ada banyak alasan bagi Simon untuk tidak mencoba melakukanperkataan Yesus, kita pun memilikinya “1001 alasan” untuk memutuskan mau atau tidak mendengar Yesus. Tetapi Simon memilih untuk berani, lalu apakah pilihan kita? Pada akhirnya segala keputusan kembali kepada kita sendiri. Maka mari renungkanlah baik-baik: akankah aku membiarkan ketakutan dan menciptakan banyak alasan untuk tidak mendengarkan Yesus atau aku dengan pengetahuan, keyakinan dan keberanian yang ada mengambil keputusan untuk mencoba melakukan yang Yesus katakan. Dan seperti halnya Simon ia tidak akan pernah tahu bahwa saat itu ia mendapat tangkapan besar jika ia tidak mencoba dan berani, begitu pula kita yang tidak akan tahu hasil akhirnya jika kita tidak mencoba. Beranikan dirimu, yakinlah pada Tuhan.
SA
1 Comment
Hendra Sihombing
Agustus 26, 2022 - 5:14 amSaya berterima kasih kepada GKI Pondok Indah dgn siraman rohani Kristen ini Karna saya sangat di berkati Gbu